Kasus ini mengingatkan kita pada pola lama. Dulu, media Tempo juga pernah dapat kiriman serupa binatang sembelihan saat mereka gencar mengkritik penguasa. Polanya klise, tapi efektif menebar ketakutan. Ketika argumen tak lagi mempan, ancaman fisik jadi senjata andalan.
Memang ironis. Di satu sisi, kita sering mendengar klaim bahwa Indonesia adalah negara demokratis. Kebebasan berekspresi dijamin konstitusi. Tapi di lapangan, ceritanya beda. Menyuarakan kritik, apalagi ke pemerintah, masih punya risiko besar. Rasa takut dan teror jadi bayang-bayang yang nyaris tak pernah hilang.
Namun begitu, @dj_donny sepertinya tak mau menyerah. Lewat unggahan di akunnya, dia malah menunjukkan sikap yang tetap teguh. Ancaman itu justru tak membuatnya mundur.
Lalu, pertanyaan besar muncul. Di era pemerintahan baru nanti, apakah ruang untuk kritik akan semakin sempit? Apakah suara-suara yang berbeda akan dibungkam satu per satu? Atau jangan-jangan, demokrasi kita cuma jadi slogan kosong tanpa perlindungan nyata bagi warganya yang berani bersuara?
Hanya waktu yang bisa menjawab. Tapi satu hal pasti: kiriman ayam tanpa kepala itu adalah pengingat kelam bahwa kebebasan berbicara di negeri ini masih rapuh. Sangat rapuh.
Artikel Terkait
Empat Parpol Serius Dorong Pilkada Kembali ke DPRD, Demokrat Ingatkan Bahaya Oligarki
Damaskus Luncurkan Pound Baru, Gambar Buah Gantikan Wajah Tokoh
Dosen UIM Dipecat Usai Viral Meludahi Pegawai Swalayan
Ketum PRIMA Desak Pilkada hingga Pilkades Kembali ke Sistem Perwakilan