jelasnya lebih lanjut.
Lima siklon itu adalah Vamei (Aceh, 2001), lalu Cempaka dan Dahlia yang muncul berurutan di selatan Jawa pada 2017. Kemudian, yang paling diingat adalah Seroja di NTT tahun 2021. Terakhir, ada Siklon Senyar yang diprediksi muncul pada 2025.
Nah, soal Seroja, angka kerusakannya sungguh mencengangkan. Siklon ini memicu cuaca ekstrem hebat, yang kemudian menyumbang terjadinya serangkaian bencana hidrometeorologi. Korban jiwa mencapai 181 orang meninggal dengan 47 lainnya hilang. Tak kurang dari 4.000 rumah hancur atau rusak diterjang banjir dan angin kencang.
Mengapa Indonesia 'Dilindungi'?
Lantas, mengapa siklon jarang terjadi di sini? Faisal menegaskan, posisi geografis Indonesia di sekitar garis khatulistiwa menjadi faktor kuncinya. Wilayah kita sebenarnya bukan daerah rawan siklon tropis.
“Indonesia itu sesungguhnya bukan daerah yang rawan terhadap siklon tropis ya karena berada di daerah khatulistiwa. Akibat perputaran bumi, ada efek Coriolis yang membuat siklon itu akan berbelok dan melemah ketika memasuki daerah khatulistiwa,”
tuturnya.
Jadi, sederhananya, gaya Coriolis dari rotasi bumi itu bertindak seperti 'penjaga' alami. Ia membuat siklon yang mendekat cenderung berbelok arah dan kehilangan kekuatannya sebelum benar-benar memasuki wilayah ekuator. Itulah sebabnya kejadian siklon di Indonesia terbilang langka, meski ketika muncul seperti Seroja dampaknya bisa sangat luar biasa.
Artikel Terkait
MUI Kritik Keras Pernyataan Romo Magnis Soal LGBT: Mengancam Masa Depan Generasi
Warga Banjar Berbondong-bondong Tinggalkan Rumah, Sebagian Bertahan di Tengah Banjir yang Mengganas
Pertamina Pastikan Stok Gas 3 Kg di Sintang Aman Jelang Libur Akhir Tahun
Empat Pilar Astra Pacu Desa Bangkit, Capai Rp411 Miliar dari Ekspor