Sejak zaman dahulu, hidup-mati Mesir memang bergantung pada Sungai Nil. Naik turunnya air sungai itu menentukan segalanya: hasil pertanian, persediaan pangan, bahkan kelangsungan hidup seluruh masyarakat di sana.
Namun begitu, di suatu masa pada era Khalifah Umar bin Khattab, situasinya berubah drastis. Saat itu Mesir sudah berada di bawah kekuasaan Kekhalifahan. Sungai Nil, yang biasanya menjadi sumber kehidupan, justru dilanda kekeringan yang sangat parah.
Nah, di tengah kepanikan itu, penduduk setempat kembali teringat pada sebuah tradisi kuno. Mereka biasa menenangkan sungai dengan cara yang mengerikan: mengorbankan seorang gadis perawan dengan melemparkannya ke dalam air. Ritual itu diyakini bisa membuat Nil mengalir kembali.
Gubernur Mesir saat itu, Amru bin Ash seorang Sahabat Nabi langsung bertindak. Ia melarang keras praktik syirik tersebut. Tapi masalahnya tak selesai di situ. Kekeringan tetap berlanjut. Akhirnya, Amru bin Ash memutuskan untuk melaporkan keadaan yang pelik ini kepada Khalifah Umar di Madinah, lewat sebuah surat.
Jawaban dari Sang Khalifah pun datang. Bukan instruksi panjang lebar, melainkan selembar kertas yang dibungkus dalam surat balasan. Umar memerintahkan agar lembaran itu dilemparkan ke tengah Sungai Nil.
Artikel Terkait
KPK Hentikan Penyidikan Kasus Korupsi Tambang Rp 2,7 Triliun di Konawe Utara
Teddy Indra Wijaya Sambangi Kapolri hingga Adik Prabowo di Hari Natal
Ketenangan Batin: Kunci Menemukan Harmoni di Tengah Dunia yang Tak Bisa Dikendalikan
Di Balik Kehadiran Rais Aam, Kursi Ketum PBNU Kosong dalam Doa Bersama NU