Yang membuat kisahnya semakin pilu, Yusuf sendiri telah merasakan pedihnya kehilangan. Ia kehilangan putranya. Juga saudara laki-lakinya. Namun begitu, di tengah duka pribadi yang mendalam, tangannya tak berhenti bekerja. Ia terus menguburkan para martir yang jumlahnya masih bertambah setiap hari. Dalam keputusasaannya, ia menyisipkan permohonan: dunia harus segera turun tangan membantu.
Konflik ini telah meninggalkan luka yang dalam dan angka yang mencengangkan. Sejak awal genosida di Gaza berkecamuk, catatan menunjukkan setidaknya 70.942 warga Palestina tewas. Mereka yang terluka bahkan lebih banyak lagi, mencapai 171.195 orang. Setiap angka mewakili sebuah kehidupan, sebuah keluarga, dan sebuah cerita yang terpotong.
Di sisi lain, bagi Yusuf Abu Hattab, angka-angka itu bukan sekadar data di atas kertas. Itu adalah beban yang ia pikul di pundaknya, setiap kali sekopnya menyentuh tanah Gaza yang terluka. Ia menguburkan ribuan, sambil berharap agar pekerjaannya yang menyedihkan ini segera ada akhirnya.
Artikel Terkait
Gugatan Cerai Melonjak: Perempuan Indonesia Kini Lebih Berani?
Natal dalam Bayang Duka dan Harapan: Dari Aceh hingga Bethlehem
Pengakuan Elida Netti Sentuh Ijazah Jokowi Dihantam Bantahan: Keterangan yang Menyesatkan Publik!
Pohon Natal dari Knalpot Brong, Cara Polisi Ketapang Edukasi Pengendara