Bogor – Di tengah hiruk-pikuk akhir pekan, suara Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin mengisi ruang Masjid Ibn Khaldun, Kota Bogor. Ahad lalu, 21 Desember 2025, cendekiawan Muslim ini mengingatkan jamaah tentang ancaman serius tiga paham yang ia sebut "sepilis". Istilah itu merangkum sekularisme, pluralisme, dan liberalisme.
Menurut penuturannya, istilah "sepilis" sendiri sudah beredar sejak 2007 silam. Waktu itu, Prof. Didin masih aktif dalam kepemimpinan Majelis Ulama Indonesia. Ia melihat, ketiga paham ini bukan cuma wacana, tapi benar-benar menggerogoti cara pandang umat.
Sebagai Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia, pria ini punya cara tersendiri memaparkan masalahnya. Ambil contoh sekularisme. Paham ini, katanya, memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Agama cuma jadi urusan privat, di masjid atau di rumah. Sementara ranah publik seperti pemerintahan, kampus, bahkan pasar harus steril dari nilai-nilai agama.
“Ini berbahaya karena menghilangkan konsep halal dan haram serta amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan,” ujarnya.
Nah, menurutnya, pemisahan seperti itu jelas bertentangan dengan Islam. Bagaimana mungkin hubungan manusia dengan Allah dipisahkan dari interaksi dengan sesama dan alam? Ia lantas mengutip Al-Qur’an yang memperingatkan soal pemimpin yang merusak jika jauh dari nilai agama. Maka, tegasnya, sekularisme itu haram dan bertentangan dengan akidah.
Artikel Terkait
Kesombongan Moral: Ketika Lupa Asal-Usul Menjadi Akar Kehancuran
Pedagang Emas Tertembak Usai Kejar Penjual Liontin Palsu di Sukajadi
Gus Ipul Pastikan BLT dan Bantuan Rp8 Juta untuk Korban Bencana Sumatera
Natal di Thekelan, Tetangga Lintas Agama Saling Sambangi