Menteri Agama: Dana Umat Rp1.200 Triliun, Raksasa Tidur yang Harus Dibangunkan

- Rabu, 24 Desember 2025 | 02:00 WIB
Menteri Agama: Dana Umat Rp1.200 Triliun, Raksasa Tidur yang Harus Dibangunkan

Di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta, Selasa lalu, Menteri Agama Nasaruddin Umar berbicara blak-blakan. Topiknya soal uang. Bukan sembarang uang, tapi potensi dana umat yang menurutnya masih seperti "raksasa tidur" belum benar-benar dibangunkan.

"Kami akan membangunkan macan tidur, kami akan menggali harta karun yang dahsyat di Indonesia ini. Apa itu? Yaitu pundi-pundi keagamaan," ujarnya tegas dalam Dialog Media Refleksi Kerja Kementerian Agama Tahun 2025.

Angkanya fantastis. Kalau digarap serius dan terorganisir, nilai kumpulannya bisa menyentuh Rp1.200 triliun per tahun. Bayangkan.

Menurut Nasaruddin, kita selama ini terkesan miskin dalam beramal. Kewajiban finansial umat Islam seolah cuma berpusat pada zakat, yang cuma 2,5%. "Alangkah miskinnya seorang umat Islam itu kalau pengeluarannya hanya zakat. Cuma 2,5% kan," katanya.

Padahal, hitung-hitungannya bersama tim menunjukkan potensi yang jauh lebih besar. Infak umat Islam Indonesia bisa mencapai Rp500 triliun per tahun. Sementara potensi zakat sebenarnya Rp327 triliun. Kenyataannya? Yang berhasil dikumpulkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) baru sekitar Rp41 triliun. Jauh sekali.

Di sisi lain, ia membandingkan dengan sejumlah negara mayoritas Muslim. Yordania, Kuwait, Mesir, hingga negara-negara Teluk seperti Qatar, Oman, dan Dubai. "Yang bikin hebat itu adalah pundi-pundi umat itu," ucap Nasaruddin.

Persoalan lain yang disoroti adalah tumpang-tindih aturan. Ada "pembukuan ganda" antara pajak dan zakat yang bikin keduanya nggak optimal. Ia lantas mencontohkan Malaysia. Di sana, setelah ada perubahan undang-undang, pembayaran pajak dan zakat bisa berjalan 100% masing-masing.

"Di Malaysia setelah merubah undang-undang, pembayar pajaknya 100%, pembayar zakatnya juga 100%," katanya.

Harapannya ke depan, dana pajak nggak perlu lagi dipakai untuk membiayai urusan umat beragama. "Coba kalau nanti saya itu berharap betul dana yang kita peroleh melalui pajak tidak usah membiayai umat. Biar umat itu membiayai dirinya sendiri," ujarnya.

Nah, yang menarik, sumber dananya nggak cuma zakat dan infak. Ada banyak hal yang sering dipandang remeh. Kurban, misalnya. "Jangan memandang enteng kurban, berapa sapi dan berapa kambing yang mati setiap tahun, itu jumlahnya ternyata 34 triliun," paparnya.


Halaman:

Komentar