Malioboro ramai sekali. Liburan Natal dan Tahun Baru selalu jadi berkah tersendiri bagi para pelaku wisata di Yogyakarta, dan kali ini pun tak berbeda. Di antara kerumunan itu, bisnis jasa foto dengan baju adat Jawa ikut menikmati limpahan pengunjung.
Di bawah rindangnya pohon depan kompleks Kepatihan, Kantor Gubernur DIY, Irsyad Syarif Majid (27) terlihat duduk sore itu, Selasa (23/12). Sebuah kamera ada di genggamannya. Dia adalah satu dari banyak fotografer yang mangkal di kawasan itu, menawarkan jasa potret dengan latar ikonik Yogyakarta.
Menurut Irsyad, lonjakan pengunjung selama liburan ini benar-benar terasa. “Kenaikan jumlah pengunjung sih. Kita satu hari biasa 10-15 rombongan. Dengan liburan ini bisa melonjak hingga 27 rombongan,” ceritanya.
Rombongan yang datang pun biasanya lebih besar. Banyak keluarga besar yang berfoto bersama, berbeda dengan hari biasa yang didominasi pasangan atau keluarga kecil. “Liburan ini satu tamu bisa dua keluarga. Dari jumlah orang bertambah, tamu bertambah,” bebernya.
Harga Nggak Naik, Tapi Jam Kerja Dikurangi
Meski permintaan melonjak, harga jasa fotonya tetap sama: Rp 5 ribu per file. “Minimal pengambilan tergantung jumlah tamunya. Kalau dua orang 20 foto, tiga sampai empat orang 30 foto. Jumlah minimalnya sesuai dengan jumlah orang dalam satu rombongan,” katanya.
Begitu juga dengan sewa baju adat. Harganya stabil, sewa baju lengkap dengan blangkon atau jilbab sekitar Rp 25 ribu, plus selendang Rp 5 ribu. “Kalau datang sendiri, habis sekitar Rp 125-130 ribu sudah dapat 20 file foto. Tapi kalau rombongan besar, hitungan per orangnya jadi jauh lebih murah,” jelas Irsyad.
Karena pelanggan membludak, Irsyad dan kawan-kawannya justru memutuskan tutup lebih awal. Mereka buka dari pukul 06.00 pagi dan menerima order terakhir jam 15.00 sore. Padahal, hari biasa mereka bisa bertahan sampai jam 7 malam. “Biar stamina terjaga. Kita close lebih cepat,” ujarnya.
Pelanggan Datang dari Segala Penjuru
Irsyad sulit merinci asal kota setiap pelanggan, tapi kebanyakan datang dari kota-kota besar. “Jakarta, Surabaya, itu sering. Kalimantan kadang ada, tapi nggak rutin. Bandung juga sering,” tuturnya. Warga Yogya sendiri lebih sering memakai jasanya untuk keperluan foto prewedding.
Artikel Terkait
Menteri Agama Gebrak: Tak Satu Izin Keluar Negeri Pakai APBN Saya Keluarkan
BNPB: Pembangunan Huntara dan Huntap Mulai Digarap di Tiga Provinsi Pascabencana
Ponsel Misterius dan Percakapan yang Hilang dalam OTT KPK di Bekasi
Ibadah Tetap Jalan, Meski Jalanan Masih Tergenang