Ya, begitulah jadinya. Orang yang sudah punya tiket di tangan pun terpaksa berdesakan lagi hanya untuk selembar kertas boarding pass. Akibatnya, suasana jadi campur aduk. Sulit membedakan mana yang belum beli tiket dan mana yang cuma mau cetak dokumen.
“Jadi kemungkinan bercampur antara yang sudah punya tiket dan warga yang belum beli tiket,” katanya.
Penumpukan massa ini tentu saja mengganggu. Warga merasa waktu keberangkatan jadi molor, semua berantakan. Mereka berharap ada perbaikan sistem penjualan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Suara warga punya harapan yang jelas.
“Kalau boleh ada peralihan ke online, lebih gampang. Terus disediakan tempat yang lebih baik,” keluh Misye, salah seorang warga yang sedang ingin mudik ke Sangihe.
Keluhan seperti ini yang kini ditunggu tindak lanjutnya. Apakah penjelasan dari KSOP akan diikuti dengan perbaikan konkret? Masih harus kita lihat.
Artikel Terkait
Pernikahan Lintas Benua Warga Salumakarra dan Sudan, Ijab Kabul Berbahasa Arab
Saat Ijazah Jokowi Ditunjukkan, Ruang Sidang Tiba-tiba Sunyi
Diskusi Buku Reset Indonesia Dibubarkan Paksa, Jimly Asshiddiqie Minta Petugas Diberi Sanksi
Libur Sekolah, Program Makan Bergizi Gratis Tetap Fokus ke Ibu Hamil dan Balita