"Padahal mereka punya publikasi, mereka punya riset, mereka bergelar S-3. Tapi statusnya cuma tendik. Ya, ini salah satu cara potensial untuk mendongkrak angka periset kita," lanjut Arif.
Namun begitu, langkah ini tidak bisa dilakukan sendirian. BRIN kini sedang berupaya mempererat sinerginya dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Kerja sama ini dianggap vital.
"Jadi, BRIN dan Diktisaintek harus bersanding. Harus kolaboratif. Banyak hal yang sedang kami persiapkan, salah satunya merumuskan Agenda Riset Nasional," ungkapnya.
"Agenda itu nanti tidak boleh berasal dari satu pihak saja. Harus melebur. Karena, percayalah, perguruan tinggi adalah kekuatan besar kita."
Di sisi lain, selain membuka jalur fungsional, Arif juga mendorong agar terjadi pertukaran yang lebih cair. Antara BRIN dan kampus. Idealnya, kolaborasi ini akan memperkuat kapasitas kedua belah pihak.
"Kita akan coba pertukarkan, misalnya. Pengalaman BRIN yang mungkin lebih "advance" di satu bidang, bisa ditularkan ke kampus. Sebaliknya, kekuatan kampus di bidang lain juga bisa dibagikan ke BRIN. Dengan begitu, kolaborasi ini betul-betul jadi kekuatan baru," pungkas Arif.
Rupanya, solusinya memang terletak pada membuka sekat-sekat yang selama ini ada. Bukan menambah tembok baru.
Artikel Terkait
Prabowo Targetkan Korban Bencana Pindah ke Huntara Sebelum Ramadan
BRIN Buka Akses Gratis Fasilitas Riset untuk Mahasiswa
Kepala Seksi Kejari HSU Berganti Rompi Oranye Usai Ditangkap KPK
Rajab Datang, Alarm Perubahan yang Kerap Terlupakan