Haedar mengenang almarhum sebagai kader yang tekun dan gigih. Komitmennya di tingkat akar rumput, kata dia, sangat kuat. “Kiprahnya dalam membangun dan mengembangkan Masjid Jogokariyan menjadi teladan bagi gerakan masjid di Indonesia,” tutur Haedar dalam keterangan tertulisnya.
Memang, dedikasi Ustaz Jazir tak main-main. Ia tak cuma memakmurkan masjid untuk urusan ritual semata. Di tangannya, Masjid Jogokariyan berkembang menjadi pusat kegiatan yang hidup. Fungsi sosialnya menguat, pendidikan berjalan, pemberdayaan masyarakat pun digalakkan. Semua itu ia lakukan dengan semangat yang tak pernah padam.
“Hal tersebut sejalan dengan misi Muhammadiyah dalam menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan umat dan transformasi sosial,” jelas Haedar.
Di akhir pernyataannya, Haedar menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas nama seluruh keluarga besar Persyarikatan. “Semoga almarhum husnul khotimah, diampuni segala khilafnya, diterima amal ibadahnya, serta mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT,” pungkasnya.
Kini, sang penggerak telah pergi. Namun pesan dan teladannya tentang ‘peradaban masjid’ tampaknya akan terus bergema, diteruskan oleh mereka yang ditinggalkan.
Artikel Terkait
Dino Patti Djalal Buka Suara: Kritik Pedas untuk Menlu Sugiono Lewat Instagram
Mendikdasmen Tegaskan: TKA Bukan Penentu Kelulusan, Tapi Gerbang ke PTN
Polisi Buka Suara: Laporan Demo Ricuh DPR Saya Buat Atas Perintah Atasan
2.037 Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Akhirnya Diakui di Palembang