Suasana di ruang gelar perkara itu tegang. Elida Netti, kuasa hukum Eggi Sudjana, menggambarkan bagaimana perdebatan sempat memanas sebelum akhirnya ijazah Presiden Joko Widodo dibuka. "Perdebatannya panas," ujarnya. Ada yang sampai merasa perlu memberi kuliah hukum dan menyalahkan pihaknya.
"Saya sempat emosi," akunya dalam tayangan YouTube Cumicumi, Jumat lalu. "Saya bilang, jangan menyalahkan orang. Kalau pendapat hukum kamu benar, silakan, tapi jangan menghakimi."
Pemicu ketegangan itu sederhana: pihak Jokowi sempat menolak prosedur yang diajukan kepolisian. Tapi akhirnya, mereka tak berkutik. "Karena itu hak kepolisian untuk membuka," ungkap Elida. Lalu, proses pun dimulai.
Sebuah map penyitaan bertanggal 23 Juni digunting di hadapan semua saksi. Transparan. Di barisan depan, selain Elida, ada juga kuasa hukum Roy Suryo, Ahmad Khozinuddin, serta Kurnia Tri Royani dan Rizal Fadillah. Saat segel itu dibuka, Elida mengaku merinding. Di dalamnya ada dokumen milik Jokowi, termasuk ijazah SMA dan S1-nya dari Fakultas Kehutanan UGM.
"Waktu digunting, jantung saya dag-dig-dug," tuturnya. Di luar ruangan ramai, dan dalam hati ia berdoa. "Ya Allah, ini sosok yang kita perdebatkan bertahun-tahun, sekarang mau kita lihat."
Ada larangan keras: tak seorang pun boleh memegang fisik ijazah itu. Tapi Elida nekat. Saat kesempatan itu datang, ia menyentuhnya. "Memang dilarang pegang, tapi kita tidak peduli. Selagi bisa megang, kita pegang. Dia mau tutup, saya tahan dengan ujung jari saya," ceritanya.
Tindakan spontan itu memberinya jawaban. Dengan ujung jari, ia merasakan embos atau tulisan timbul, melihat watermark, dan lintasan stempel. "Saya merinding dan terharu," tambahnya.
Lalu, bagaimana kondisi ijazahnya? Tua. Usang. "Di bagian bawahnya itu robek-robek, karena sudah puluhan tahun. Namanya kertas tua," kata Elida. Menurut pengakuannya, saat itu Kurnia Tri Royani memegang tangannya dan berbisik. Mereka bersyukur bisa melihat yang asli, setelah sekian lama hanya melihat fotokopi yang jadi sumber keributan.
Artikel Terkait
Banjir Bandang Hantam Pemandian Air Panas 13 Guci, Pipa dan Jembatan Hanyut
Kebakaran Gardu Induk PG&E Gelapkan San Francisco, 130.000 Pelanggan Terdampak
Wisata Air Panas Pancuran 13 Guci Ditutup Sementara Pasca Banjir Bandang
Di Balik Sikap Menolak Bantuan Asing: Nasionalisme atau Nyawa yang Terancam?