jelas Moko.
“Apalagi untuk orang-orang kantoran mau akses ke transportasi utama di Benhil, MRT maupun halte itu pasti lewat sini semua. Jadi kalau pejalan kaki mau pas hari rush hour itu, jam kerja, itu di sini sangat merepotkan sekali karena ada halangan seperti ini,”
tambahnya.
Rintangan itu, katanya, muncul tiap hari, bukan cuma saat libur. Area itu juga kerap dipakai parkir mobil sepanjang hari, yang bikin pejalan kaki serba salah.
“Dipakai parkiran mobil sampai depan sana,” ungkapnya. “Iya kadang juga bingung, mau ke atas sempit gini, mau di bawah takut keserempet juga.”
Jean (19) yang sering melintas di akhir pekan mengeluhkan hal serupa. Ia tinggal tak jauh dan suka berjalan kaki menikmati suasana, tapi trotoar ini justru bikin was-was.
“Banyak gangguannya sih, karena kayak kalau dari sana kan jalannya kecil, terus kehalang mobil juga kalau misalkan turun ke bawah. Habis itu harus lewatin, lompatin tali juga karena ada penghalangnya gitu. Terus jalannya juga kurang rapi, banyak bolong-bolongnya, terus tiang juga ngehalangin,”
jelas Jean.
Menurutnya, keadaan ini sudah berlangsung lama dan malah makin buruk. “Emang selalu kayak gini. Udah lama, apalagi sekarang tuh kabelnya kayak makin banyak juga jadi makin ngegantung ke bawah gitulah,” katanya. Paving yang lepas-lepas juga menambah rasa tak nyaman.
Harapannya sederhana: ruang yang aman dan layak. “Ya kalau bisa tuh tiangnya sih dipindahin atau diubahlah. Setidaknya kabelnya juga mengganggu soalnya, kasihan buat pejalan kaki yang bawa-bawa barang habis dari pasar gitu,” tandasnya.
Di kawasan strategis dekat perkantoran dan transportasi utama ini, trotoar Benhil seharusnya jadi jalur aman. Kenyataannya? Deretan tiang, kabel menjuntai, parkir liar, dan jalan tak rata membuat hak dasar pejalan kaki terabaikan. Setiap langkah di sini bukan lagi perjalanan biasa, melainkan sebuah usaha untuk selamat dari rintangan.
Artikel Terkait
Kebakaran Gardu Induk PG&E Gelapkan San Francisco, 130.000 Pelanggan Terdampak
Wisata Air Panas Pancuran 13 Guci Ditutup Sementara Pasca Banjir Bandang
Di Balik Sikap Menolak Bantuan Asing: Nasionalisme atau Nyawa yang Terancam?
Mantan Menlu Malaysia Tegur Tito Karnavian: Belajar Cara Berbicara ke Tetangga