Pertama, sukses itu banyak rupanya, nggak cuma satu. Bukan cuma jadi dokter, insinyur, atau direktur. Seorang seniman yang tekun dengan karyanya, pedagang kecil yang bisa menghidupi keluarga, atau guru yang menginspirasi muridnya itu semua adalah kesuksesan.
Kedua, perjalanan setiap orang itu unik. Ada yang nemuin passionnya di umur 20-an, ada yang baru nemu di usia 40. Ada yang jalurnya lurus, ada yang berliku-liku. Nggak ada istilah "terlambat" untuk mulai menjadi diri sendiri.
Dan yang ketiga, gagal bukan akhir cerita. Justru banyak orang sukses yang dibangun dari tumpukan kegagalan. J.K. Rowling ditolak belasan penerbit sebelum Harry Potter akhirnya diterbitkan. Soichiro Honda pun gagal berkali-kali sebelum akhirnya mendirikan kerajaan mobilnya.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan sekarang?
Coba ubah pertanyaannya. Daripada terus bertanya "Aku nanti jadi apa?", tanyakan pada diri sendiri: "Apa sih yang bikin aku semangat banget?" atau "Apa yang akan aku lakukan kalau uang bukan masalah?" Pertanyaan seperti ini bisa membuka jalan yang nggak terduga.
Kita juga harus belajar memisahkan suara orang lain dari suara hati sendiri. Tanyakan, "Ini beneran keinginanku, atau cuma buat memenuhi harapan orang?" Mendengarkan intuisi sendiri itu skill penting, sayangnya jarang diajarkan di bangku kuliah.
Manfaatkan masa-masa ini untuk benar-benar menjajal. Ikut kelas dari jurusan lain, coba ikut organisasi, magang di bidang yang berbeda, atau ngobrol sama orang yang sudah berkecimpung di dunia yang kamu minati. Eksplorasi itu kunci.
Dan yang paling penting: beri diri sendiri izin untuk berubah pikiran. Nggak apa-apa kalau kamu merasa salah jurusan. Nggak masalah kalau kamu butuh waktu lebih lama dari yang lain. Atau kalau kamu pengin berhenti sejenak, atau malah ubah haluan karier sama sekali.
Sebenarnya, yang kita butuhkan bukan peta sempurna dengan rute yang pasti. Yang kita perlukan adalah keberanian buat mengambil langkah pertama meski dag-dig-dug. Ketahanan buat bangkit lagi setelah terjatuh. Kebijaksanaan untuk mengambil pelajaran dari setiap kisah, baik atau buruk. Dan tentu saja, kasih sayang pada diri sendiri saat segala sesuatunya nggak berjalan sesuai skenario.
Hidup ini bukan lari sprint 100 meter yang harus dimenangi secepat mungkin. Hidup itu lebih mirip pendakian gunung. Setiap orang punya jalurnya sendiri, iramanya sendiri, dan pemandangan cantik yang berbeda-beda sepanjang perjalanan.
Untuk kamu yang masih bertahan, yang masih mencoba meski bingung, dan yang masih berani bertanya ingat, kamu sudah menjadi sesuatu. Jadilah pemberani yang tetap melangkah, meski kakinya gemetar. Dan untuk sekarang, itu saja sudah lebih dari cukup.
Artikel Terkait
Ribuan Pelari Bersatu di Borobudur, Doakan dan Galang Dana untuk Korban Bencana Sumatera
Serdam Berkibar: Pusat Kuliner Baru Resmi Diresmikan, Dukung 180 UMKM Kubu Raya
Ramalan Wanda Hamidah di Pilpres 2014: Dulu Ditertawakan, Kini Makin Nyata
Tiga Dekade Menggelinding, Khambec C70 Pontianak Rayakan Ikatan Lintas Generasi