Munculnya badai-badai tropis intens di wilayah yang tak lazim ini tentu mengundang tanya: apa hubungannya dengan krisis iklim?
Para ahli meteorologi berpendapat, meski siklon di dekat ekuator jarang, itu bukan hal mustahil. Memang butuh penelitian lebih mendalam untuk mengaitkannya secara langsung dengan perubahan iklim. Tapi tren umumnya sudah jelas: pemanasan global cenderung membuat badai tropis lebih kuat dan hujan ekstrem makin sering. Fenomena cuaca yang dulu dianggap 'langka', kini bisa datang lebih kerap dengan dampak yang lebih menghancurkan.
Saatnya Berbenah di Era Krisis Iklim
Kalau tsunami 2004 jadi momentum kita membenahi manajemen bencana, maka rentetan bencana iklim di Sumatra ini harus jadi alarm keras. Krisis iklim yang terjadi sekarang ini semakin mempersempit ruang untuk kelalaian. Pola cuaca makin sulit ditebak dan cenderung ekstrem. Setiap kesalahan dalam mengelola lingkungan, dampaknya bisa sangat katastropik.
Mencegah kerusakan lingkungan harus dilihat sebagai masalah keselamatan bersama. Bukan cuma isu politik atau beban satu sektor saja. Prinsip ini sebenarnya sudah tertuang dalam konstitusi. UUD 1945 Pasal 28H ayat (1) menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Amanat ini dipertegas lagi dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 67-nya menyatakan dengan tegas: setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup. Artinya, melindungi lingkungan adalah kewajiban kolektif kita semua. Pembangunan ekonomi tak boleh lagi mengabaikan daya dukung alam.
Jadi, apa yang harus dilakukan? Menghentikan deforestasi, menata ruang berbasis mitigasi bencana, menegakkan hukum bagi perusak lingkungan, dan mengedukasi publik tentang perubahan iklim. Semua ini bukan lagi pilihan. Ini sebuah keniscayaan untuk melindungi keberlangsungan hidup bangsa.
Indonesia perlu berbenah lagi dengan keseriusan seperti pasca-2004. Kali ini, fokusnya harus pada krisis iklim dan kerusakan lingkungan. Setiap jengkal hutan yang diselamatkan, setiap sungai yang dinormalisasi, setiap simulasi evakuasi yang dilatih itu semua bisa berarti ribuan nyawa terselamatkan di masa depan.
Dengan menjadikan keselamatan lingkungan sebagai kepentingan bersama, kita bisa lebih tangguh menghadapi tantangan alam yang kian berat. Soalnya, mencegah memang selalu lebih baik daripada mengobati, bukan?
Artikel Terkait
Pilot Kunci Kokpit di Mexico City, Protes Gaji Tertunda Lima Bulan
Menyelamatkan Jiwa di Tengah Puing: Pertolongan Pertama untuk Trauma Pasca Bencana
Prabowo Tegaskan Loyalitas Menteri Bukan untuk Dirinya, tapi untuk Rakyat
Diskusi Buku Reset Indonesia di Madiun Dibubarkan Paksa, Panitia Bingung