Ceritanya, di akhir tahun 2007, istri saya berkesempatan menunaikan ibadah haji. Padahal, kalau dihitung-hitung, gaji kami sebagai guru swasta jelas tak cukup untuk biaya itu. Waktu itu, saya punya keinginan menyelesaikan S2, sementara istri ingin berhaji. Kami pun berdoa setiap malam. Ibu juga tak henti mendoakan kami.
Dan alhamdulillah, keinginan itu terkabul. Istri berangkat haji di 2007, dan saya wisuda S2 di awal 2008.
Masih ada lagi. Pada Juni 2010, kami bertiga saya, istri, dan ibu bisa berangkat umrah. Awalnya, rencananya cuma istri dan ibu yang berangkat karena biaya terbatas. Tapi, lagi-lagi terjadi keajaiban.
Ceritanya begini. Suatu pagi, sekitar pukul delapan, saya sedang membantu mereka mengurus paspor. Datanglah seorang tamu ke rumah. Kami mengobrol banyak hal, termasuk rencana umrah itu. Di luar dugaan, tamu tersebut kemudian memberi semacam "stimulan" agar saya ikut serta menemani mereka.
Yang mengharukan, saat kami mempersiapkan perjalanan, ibu bercerita. Rupanya, beliau selalu berdoa setiap malam agar bisa berangkat umrah bertiga. Doa itu dikabulkan. Bahkan, berkat doa ibu pula, saya kemudian bisa berhaji di 2011, dan istri berhasil menyelesaikan S2-nya.
Itulah secuil pengalaman tentang kekuatan doa seorang ibu yang saya rasakan sendiri.
Semoga Allah membimbing kita semua. Sebagai anak, kita dimampukan untuk memuliakan orang tua. Dan sebagai orang tua, kita diberi kemampuan mendidik anak agar kelak mereka pun bisa memuliakan kita. Amin.
Imam Nur Suharno, Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.
Artikel Terkait
Malam Mencekam di Lapo Tuak, Seorang Buruh Tani Tewas Ditikam
Kedaulatan yang Dingin: Saat Negara Mengatur Penderitaan Korban Bencana
Embung Kemiling Resmi Beroperasi, Tampung 30 Juta Liter Air dan Siap Jadi Ruang Publik
Catatan di Buku Kecil Teddy: Janji atau Sekadar Arsip di Tengah Duka Agam?