Ternyata, pagi itu, sebelum panggilan darurat berbunyi, Dr. Saeed baru saja menguburkan anak kandungnya sendiri. Dari pemakaman, dengan hati yang masih hancur berkeping, dia langsung bergegas ke rumah sakit. Tangisan untuk anaknya sendiri harus dia tahan, karena ada nyawa anak orang lain yang menggantung di ujung waktu.
Mendengar kenyataan itu, sang ayah pun terdiam seribu bahasa. Kemarahan yang tadi membara seketika padam, berganti dengan rasa sesal yang dalam. Kata-katanya yang kasar tiba-tiba terasa sangat berat di hati.
Dari kisah ini, ada pelajaran besar yang diajarkan Dr. Saeed tanpa satu pun kata menggurui. Tentang bagaimana profesionalisme dan rasa kemanusiaan bisa mengalahkan duka pribadi yang paling dalam. Tentang amanah yang dipegang teguh, meski dunia pribadi sedang runtuh.
Buat kita yang menyaksikan, pesannya jelas: jangan mudah menghakimi. Kita tak pernah benar-benar tahu beban apa yang sedang dipikul orang lain di pundaknya, atau pertempuran seperti apa yang mereka lalui dalam sunyi.
Artikel Terkait
Vonisme Banding Iwan Henry Wardhana Menggila: 12 Tahun Penjara dan Denda Rp 20,5 Miliar
Kapolri Geser Deretan Kapolda dan Wakapolda Jelang Akhir Tahun
Tersangka Pemalsuan Ijazah Jokowi Klaim Dokumen yang Ditunjukkan Polisi Masih Palsu
Misteri 22 Luka Tusuk di Rumah Kosong: Bocah 9 Tahun Tewas di Cilegon