Ketika Langit Hampir Terbelah: Menyikapi Tuduhan Tak Pantas kepada Sang Maha Esa

- Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:40 WIB
Ketika Langit Hampir Terbelah: Menyikapi Tuduhan Tak Pantas kepada Sang Maha Esa

Namun begitu, fitnah lain muncul. Ada yang berani menyatakan Allah punya anak. Ini bukan sekadar salah paham. Ini pengada-adaan atas nama-Nya. Dan reaksi alam semesta terhadap ucapan ini digambarkan Al-Qur'an dengan sangat dahsyat.

“Takadus samawatu yatafaththarna minhu…”

Hampir saja langit pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping. Kenapa? Karena mereka menisbatkan anak kepada Ar-Rahman. Padahal, sama sekali tidak pantas bagi Yang Maha Pemurah itu untuk mengambil seorang anak.

Jadi, ini levelnya bukan main. Bukan cuma ghibah sesama manusia atau malaikat. Ini penistaan tertinggi. Mereka menggunjingkan Allah dengan sesuatu yang tak pantas bagi-Nya.

Mungkin karena itulah, ada kisah menarik tentang Imam Ahmad bin Hanbal. Sang imam, panutan Ahlus Sunnah ini, punya kebiasaan unik.

Setiap kali melihat seorang Nasrani, beliau memejamkan matanya.

Orang pun bertanya. Apa sebabnya?

Jawab beliau singkat, namun dalam: “Aku tidak sanggup memandang orang yang telah memfitnah Allah dan berbohong atas nama-Nya.”

Begitulah. Sikap seorang ulama yang hatinya tersakiti oleh kedustaan atas Dzat yang dia cintai. Wallahu a’lam bish shawab.


Halaman:

Komentar