"Karena memang mereka adalah, mohon maaf aja, kacung-kacung oligarki," tegasnya tanpa tedeng aling-aling.
Bidang hukum tak lebih baik. Didu bilang, hampir semua keputusan pengadilan berpihak pada yang punya uang untuk menyogok. Pengalamannya menghadiri persidangan di Banten hampir tiap hari untuk kasus warga melawan PIK 2 jadi bukti baginya. Bahkan mantan wakil presiden sekalipun, Jusuf Kalla, terlibat sengketa tanah dengan oligarki. Didu menyebut ada petinggi TNI dan Polri yang dikerahkan untuk mengeksekusi tanah sang mantan wapres.
Sorotan pada Rezim Sebelumnya
Said Didu secara khusus menyoroti periode sepuluh tahun terakhir, yang ia nilai sebagai puncak rekayasa sistem. Undang-Undang Cipta Kerja disebutnya sebagai instrumen utama penyerahan kedaulatan.
"Partai yang berkuasa adalah yang memakai terus jaket wong cilik. Tapi merekalah yang membikin undang-undang, membikin semua peraturan yang direkayasa oleh rezim Joko Widodo untuk menyerahkan kedaulatan negara kepada oligarki," paparnya.
Serangan Balik dan Harapan pada Prabowo
Belakangan ini, muncul Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun 2025 yang kontroversial. Didu menduga, ini adalah bentuk serangan balik oligarki terhadap upaya Presiden Prabowo yang mencoba menertibkan mereka. Yang lebih memprihatinkan, ada akademisi yang membela peraturan itu, meski bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi.
"Simbol oligarki berkuasa adalah apabila masih bisa menggerakkan para penegak hukum. Itulah simbol oligarki masih berkuasa," tandasnya.
Harapannya kini tertumpu pada Presiden Prabowo. Kata Didu, rantai oligarki yang mengendalikan penegak hukum harus diputus. Tanpa itu, perbaikan negara akan terasa mustahil.
Peringatan Terakhir: Ancaman Bubarnya Negara
Di akhir pernyataannya, Didu menyampaikan kekhawatiran paling mendalam. Ia melihat generasi muda seolah 'tidur nyenyak' di tengah ancaman yang nyata. Oligarki, dalam pandangannya, punya kekuatan untuk membubarkan Indonesia. Dan proses itu sedang berjalan sistematis.
"Saya menyatakan ancaman terbesar bubarnya Indonesia adalah oligarki. Ancaman terbesar dan itu sedang bekerja sekarang," tegasnya sekali lagi.
Ia pun mengajak semua elemen masyarakat yang masih punya 'watak waras' untuk bergerak. Tujuannya satu: menyelamatkan bangsa dari cengkeraman, pengambilalihan, atau bahkan pembubaran oleh kekuatan oligarki.
Didu, yang sudah 15 tahun berada di luar pemerintahan, mengaku telah tiga tahun terakhir berjuang langsung di lapangan melawan hal ini. Ia berharap isu besar ini bisa naik ke forum yang lebih luas, dan mendapat dukungan nyata dari publik.
Artikel Terkait
Prabowo Turun ke Lembah Anai, Cek Proyek Sambil Ngobrol dengan Operator Crane
Kepala BGN Main Golf Saat Prabowo Turun ke Lokasi Bencana, Video Jadi Sorotan
Denpasar-Badung Minta Waktu ke Jakarta, TPA Suwung Belum Siap Ditutup
Ibu-Ibu Kudus Giat Pilah Sampah, Dimulai dari Demo Masak Seru