Netanyahu tak bisa menerima kenyataan bahwa gambaran kepahlawanan paling nyata dari sebuah pembantaian yang menargetkan Yahudi justru datang dari seorang Muslim Suriah. Jadi, dia mengedit fakta itu. Dalam versinya, pahlawan itu jadi Yahudi. Identitas Muslim yang membuat cerita ini begitu kuat dan mengganggu narasinya, dihapus begitu saja.
Ini bukan salah ucap kecil. Ini propaganda. Ini Islamofobia. Ini pencurian kehormatan.
Selama lebih dari dua tahun, sepanjang genosida di Gaza yang dimulai Oktober 2023, Netanyahu terus menggambarkan warga Palestina sebagai “anak-anak kegelapan”, bahwa mereka semua Hamas, bahwa tak ada warga sipil yang tak bersalah. Seluruh proyeknya bergantung pada keyakinan bahwa Muslim khususnya Muslim Palestina adalah ancaman bagi kehidupan Yahudi. Dengan narasi itu, dia menjual pemboman, pengepungan, kelaparan, dan pengusiran tanpa henti.
Jadi, ketika realita memberinya kisah tentang seorang Muslim yang menyelamatkan nyawa Yahudi dengan tangan kosong, nalurinya bukan menghormati kebenaran. Nalurinya adalah menimpanya.
Mengapa Kebohongan Ini Harus Diungkap?
Mungkin ada yang bilang, “Ah, yang penting kan pahlawannya dipuji, agamanya salah sebut sedikit tak apa.” Sikap masa bodoh semacam itu justru bagian dari cara kerja propaganda.
Ini penting karena kebenaran itu penting, terutama sekarang. Identitas Ahmed bukan catatan kaki. Latarnya sebagai Muslim Suriah adalah inti dari makna tindakannya. Di dunia di mana Muslim terus digambarkan sebagai ancaman, seorang pria Muslim yang berlari menuju peluru untuk melindungi orang Yahudi di acara Hanukkah langsung meruntuhkan stereotip. Cerita semacam ini bisa melunakkan hati dan mempersulit prasangka.
Netanyahu tak bisa biarkan itu terjadi.
Pemimpin yang sama yang mengawasi kampanye dehumanisasi terhadap Muslim di Gaza dan Tepi Barat, tak mungkin berdiri dan berkata, “Seorang Muslim menyelamatkan nyawa orang Yahudi.” Kelangsungan politiknya dibangun di atas citra Muslim sebagai bahaya dan dirinya sebagai perisai. Maka, ceritanya harus dibentuk ulang. Dalam versinya, pahlawan adalah Yahudi, penjahatnya Muslim, dan dunia terus berputar sesuai kemauannya.
Ada ironi pahit di sini. Bertahun-tahun, komentator Zionis kerap bertanya, “Di mana suara Muslim yang mengutuk antisemitisme? Di mana Muslim yang melindungi Yahudi?” Nah, ketika seorang pria Muslim benar-benar melakukannya dengan tubuhnya, ketika dia menerima peluru untuk nyawa orang Yahudi, perdana menteri Israel menatapnya dan menyebutnya Yahudi.
Begitulah permainannya. Standar selalu berubah. Bukti tak pernah dianggap kecuali cocok dengan skenario.
Ahmed tidak berlari ke arah senjata karena ingin jadi bagian dari narasi PR siapa pun. Dia bukan politisi atau influencer. Dia cuma seorang pria yang melihat manusia lain dibantai, lalu memutuskan mempertaruhkan nyawanya untuk menghentikannya.
Tindakannya murni tentang kemanusiaan, bukan hasbara. Dan itulah yang dihapus oleh kebohongan Netanyahu.
Anak-anak Ahmed berhak tumbuh dalam dunia yang tahu bahwa ayah Muslim mereka menyelamatkan puluhan nyawa Yahudi. Mereka berhak mendengar namanya disebut jujur, bukan diganti dengan sebutan samar “pahlawan Yahudi” dalam pidato orang. Keluarga-keluarga Yahudi yang selamat malam itu juga berhak tahu bahwa seorang Muslim Suriah mempertaruhkan nyawa untuk mereka. Kenyataan itu penting bukan cuma sebagai fakta, tapi sebagai celah di dinding kebencian.
Netanyahu berbohong tentang hampir segalanya: Gaza, niat, proporsionalitas, hukum internasional. Maka, tak heran dia berbohong tentang seorang pahlawan di Sydney. Tapi itu harusnya tetap membuat kita marah. Itu harusnya mendorong kita membela kenyataan.
Seorang pria Muslim Suriah bernama Ahmed al Ahmed berlari ke arah pria bersenjata di sebuah acara Hanukkah di Pantai Bondi. Dia merebut senjata itu. Dia ditembak dua kali. Dia membantu menyelamatkan banyak nyawa. Itulah ceritanya. Itulah kebenarannya. Perdana menteri Israel melihat kebenaran itu di televisi nasional, dan memutuskan untuk mengubahnya.
Kita tidak berutang apa pun pada kebohongannya. Kita berutang kebenaran pada Ahmed.
Artikel Terkait
Revitalisasi Terminal Malalayang Tak Ganggu Arus Mudik Nataru
Gus Ipul Serahkan Santunan dan Tinjau Dapur Umum untuk Korban Bencana Aceh
Warga Talaud Desak Tambah Kapal Nataru, KSOP Klaim Sudah Ditambah
KSOP Manado Gelar Ramp Check 11 Kapal Jelang Arus Mudik Nataru