Ini bukan mimpi di siang bolong. Banyak negara sudah membuktikannya. Kemajuan yang stabil justru sering lahir dari integritas, bukan semata-mata kekayaan. Mereka berani menolak kecurangan, sekecil apapun. Mereka tanamkan nilai jujur sejak dini. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak? Syaratnya cuma satu: keberanian moral yang sama.
Hatta juga pernah mengingatkan, “Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuat.” Nah, untuk mengambil nasib itu, kita harus berhenti dulu. Berhenti cari pembenaran untuk kecurangan kecil-kecilan. Berhenti menyalahkan keadaan. Berhenti bilang "ah, wong orang lain juga begitu". Kebiasaan salah yang dibiarkan, lama-lama jadi budaya yang menghancurkan.
Gerakan melawan korupsi nggak harus diawali dengan gebrakan besar. Ia bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Dari rumah, dari meja makan saat orang tua ngobrol dengan anak. Dari ruang kelas, saat guru mengawasi ujian. Dari kantor, saat kita memutuskan untuk tidak meminta atau memberi yang bukan hak.
Ini tentang keputusan pribadi untuk tidak bohong, tidak menipu, tidak menyuap. Tentang keberanian untuk menegur, bertanya, atau melapor. Tentang memilih jalan yang benar meski sulit, bertahan meski sendirian.
Ini saatnya Indonesia ambil langkah berani. Memutus rantai panjang budaya korupsi yang diwariskan turun-temurun. Membangun karakter baru yang kokoh. Menanam pohon kejujuran yang rindang, agar bayangan reputasi kita di mata dunia benar-benar mencerminkan siapa kita.
Bangsa yang jujur akan mandiri. Bangsa yang mandiri akan kuat. Dan bangsa yang kuat pantas dihormati.
Pilihan itu sekarang ada di kita. Jadikan integritas sebagai cara hidup, bukan slogan. Jadikan kejujuran sebagai identitas, bukan sekadar nasihat. Bangun Indonesia dengan keberanian moral ala Hatta, kedalaman karakter seperti Lincoln, dan kompas etika sebagaimana diajarkan Kant.
Perubahan besar selalu berawal dari hal kecil. Dari manusia. Dari Anda, dari saya, dari kita semua.
Dan itu bisa dimulai dengan satu keputusan sederhana: memilih untuk jujur.
Karena hidup dalam kejujuran, meski berat, jauh lebih tenang. Tidak dibayangi kebohongan dan intrik. Kalau semua jujur, ruang bagi koruptor akan menyempit dan akhirnya hilang. Mari kita mulai.
(ed-jaksat-ata)
Artikel Terkait
Billie Eilish Berhadapan dengan Miliarder AS, Tegaskan Dukungan untuk Palestina Tak Bisa Ditawar
Sjafrie Siap Berantas Pengkhianat di Balik Tambang Indonesia
UIKA Championship 2025 Sukses Digelar, Siap Naik Kelas Jadi Ajang Internasional
Cak Imin: Banjir Sumatera Alarm Keras Kelalaian Kita pada Alam