Rapat pleno yang menetapkan Zulfa ini dihadiri hampir seluruh pucuk pimpinan. Di antaranya Rais Aam KH Miftachul Akhyar, Rais Syuriyah Mohammad Nuh, Wakil Rais Aam Afifuddin Muhadjir dan Anwar Iskandar, serta sejumlah nama besar lain seperti Khofifah Indar Parawansa dan Saifullah Yusuf.
Namun, ada satu sosok yang absen: Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
Menariknya, jauh sebelum pleno digelar, Gus Yahya sudah menyatakan dia tidak akan hadir. Bahkan, ia mempertanyakan legitimasi rapat tersebut. Baginya, pleno yang membahas pemilihan ketua umum itu tak lebih dari manuver politik internal belaka.
“Itu kan manuver,” ujar Gus Yahya di Kantor PBNU, Kramat Raya.
“Seperti saya bilang sejak awal, secara de jure maupun de facto, saya masih tetap dalam kedudukan saya sebagai Ketua Umum Tanfidziyah PBNU,” tegasnya.
Gus Yahya terpilih sebagai Ketum pada Muktamar NU di Lampung akhir 2021. Namun posisinya terusik oleh munculnya risalah rapat Syuriyah pada 20 November lalu yang mendesaknya mundur. Situasi makin keruh setelah Rais Aam Miftachul Akhyar menyatakan bahwa sejak 26 November 2025 dini hari, Gus Yahya tak lagi berstatus ketua umum.
Kini, dengan diangkatnya Zulfa Mustofa sebagai penjabat, jalan rekonsiliasi dan normalisasi organisasi sedang diuji. Semua mata tertuju pada rapat Sabtu nanti.
Artikel Terkait
Rabo-Rabo hingga Bakar Batu: Ragam Wajah Natal di Nusantara
Laras Faizati dan Gugatan di Balik Swafoto yang Mengubah Hidupnya
Bayi Dua Hari Bertaruh Nyawa di Tengah Amukan Banjir Aceh Tamiang
Farhan Ungkap Kesedihan dan Komitmen Usai Wakilnya Tersangka Korupsi