Kisah Luqman: Kompas Hidup di Tengah Gemuruh Dunia Digital

- Selasa, 09 Desember 2025 | 11:50 WIB
Kisah Luqman: Kompas Hidup di Tengah Gemuruh Dunia Digital

Hidup di zaman sekarang memang riuh. Notifikasi ponsel tak henti berbunyi, tren berganti secepat kilat, dan banjir informasi kadang bikin pusing membedakan mana yang bermanfaat, mana yang cuma sampah. Banyak keluarga, jujur saja, merasa kewalahan. Mereka berusaha mati-matian mencari titik temu antara gemerlap teknologi dan nilai-nilai luhur yang ingin mereka pertahankan.

Nah, dalam situasi serba bingung itu, kita punya Surah Luqman. Surah dalam Al-Qur'an ini, meski turun berabad-abad lalu, prinsip pendidikannya ternyata nggak lekang. Masih sangat "nendang" buat diaplikasikan hari ini.

Isinya bukan cuma sekadar nasihat biasa dari seorang ayah ke anak. Lebih dari itu, surah ini menunjukkan dengan gamblang bagaimana nilai-nilai ketuhanan bisa jadi fondasi yang kokoh untuk membimbing generasi yang lahir dan besar di tengah gempuran digital. Setiap ayatnya sarat hikmah, tetap relevan buat keluarga mana pun, baik yang masih kental tradisinya maupun yang sudah akrab banget dengan gawai dan internet.

Pondasi Utama: Menancapkan Tauhid di Hati

Pertama-tama, Luqman menekankan soal tauhid. Allah SWT berfirman:

يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (Q.S. Luqmān [31]: 13)

Bayangkan sekarang, informasi datang dari mana-mana. Anak-anak mudah sekali terpengaruh gagasan yang kerap bertolak belakang dengan ajaran Islam. Di sinilah tauhid berperan sebagai jangkar. Ia menguatkan hati, jadi penuntun arah. Tauhid itu nggak cuma ngajarin siapa yang disembah, lho. Tapi juga bagaimana kita menata hidup, menentukan prioritas, dan memahami akhir dari semua perjalanan ini.

Di era di mana figur-figur digital sering diidolakan, seruan untuk memahami tauhid ini jadi penting banget. Surah Luqman mengingatkan: orientasi hidup harus tetap kepada Allah, bukan pada jumlah likes atau validasi dari dunia maya.

Bakti pada Orang Tua: Tantangan Baru di Era Layar

Nilai kedua yang ditekankan adalah adab kepada orang tua. Allah berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ

“Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.” (Q.S. Luqmān [31]: 14)

Ini tantangannya makin besar di era digital. Jangan dipungkiri, banyak anak sekarang lebih patuh pada kata-kata konten kreator ketimbang nasihat orang tuanya sendiri. Ada juga yang sibuk sendiri dengan dunianya di layar, sampai komunikasi dengan keluarga jadi renggang.

Surah Luqman menempatkan bakti pada orang tua sebagai hal yang utama. Bahkan dalam situasi sulit sekalipun, perintah untuk berbuat baik tetap berlaku. Ini jelas mengajarkan pada kita bahwa pendidikan karakter yang baik itu berawal dari rumah, dari hubungan yang hangat antara anak dan orang tua.

Integritas: Saat Tidak Ada yang Melihat

Ada satu ayat dalam surah ini yang menurut saya sangat powerful, tentang kesadaran bahwa Allah Maha Melihat segala hal.

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ

“Wahai anakku, sesungguhnya jika ada perbuatan sebesar biji sawi, berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya.” (Q.S. Luqmān [31]: 16)

Ayat ini intinya mengajarkan integritas.

Dan ini krusial banget buat anak-anak yang hidup di dunia maya. Di balik layar, banyak tindakan yang bersifat privat: komentar anonim, perilaku daring, atau mengonsumsi konten sembunyi-sembunyi. Surah Luqman dengan tegas mengingatkan: Allah selalu tahu. Kesadaran semacam inilah yang membentuk pribadi bertanggung jawab, meski tidak ada manusia lain yang mengawasi.

Salat: Jeda dari Dunia yang Selalu "On"

Luqman juga berpesan tentang ibadah. Ia berkata:

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ

“Wahai anakku, dirikanlah salat.” (Q.S. Luqmān [31]: 17)


Halaman:

Komentar