Namun begitu, Hanif punya penilaian lain. Ia melihat akar masalahnya mungkin lebih kompleks. Faktor alamiah, khususnya kondisi geografis daerah hulu, dinilainya memainkan peran yang jauh lebih besar. Topografinya terjal. Saat hujan ekstrem mengguyur, material dari atas kayu dan lumpur langsung meluncur deras ke bawah. Volume yang terbawa pun luar biasa banyak.
"Tetapi sebenarnya kontribusi terbesarnya lebih kepada hancurnya DAS bagian hulu. Karena dia terjal, ya, terjal, kemudian hujannya cukup berat, sehingga dia jatuh dan kemudian kayunya terbawa banyak sekali,"
Jelasnya.
Ia mengakui ada indikasi aktivitas manusia. Beberapa kayu yang hanyut terlihat bekas potongan chainsaw. Tapi jumlahnya tak signifikan. Fokusnya tetap pada besarnya dampak yang harus ditanggung warga.
"Saya memang melihat ada sedikit kayu yang ada potongan chainsaw-nya tetapi tidak terlalu banyak. Ini DAS Garoga yang membawa korban cukup besar karena hampir satu dusun tertimbun tanah dari longsoran di puncaknya,"
Pungkas Hanif, mengakhiri penjelasannya.
Artikel Terkait
Pekanbaru Masuk Cetak Biru, Menuju Metropolitan Setara Medan dan Palembang
Buronan Pencuri Motor dan Pengedar Ganja Ditembak Kakinya Usai Coba Todok Polisi
Tsunami Usai, Jepang Kembali Bangkit dari Gempa 7,6 Magnitudo
Menteri Lingkungan Hidup Ancam 49 Daerah Abai dengan Sanksi Pidana