Ancaman Bos Top ternyata bukan main-main. Keesokan harinya, suasana redaksi Kabar Kilat langsung berubah total. Chaos. Aroma kopi dan kertas berganti dengan ketegangan yang nyaris bisa dihirup. Pejabat provinsi yang tersudut itu tak tinggal diam. Dengan dukungan tim pengacara berkelas yang biayanya sepertinya disubsidi dari dana bansos mereka melancarkan serangan balik yang terencana dengan sangat rapi.
Somasi berdatangan bak hujan di musim penghujan. Meja Bos Top dipenuhi amplop coklat berisi "surat cinta" dari berbagai firma hukum. Isinya klaim pencemaran nama baik dengan tuntutan ganti rugi fantastis. Jumlahnya cukup untuk melumat kantor redaksi kami sampai tujuh generasi ke depan.
Namun begitu, serangan tahap kedua jauh lebih keji dan bersifat personal. Media sosial Fitrah tiba-tiba dibanjiri buzzer bayaran. Postingannya seragam semua: menuduhnya sebagai wartawan bodong, pemeras, dan penyebar hoaks. Ini jelas upaya pembunuhan karakter yang terang-terangan.
Mereka bahkan mengunggah screenshot Fitrah sedang main Candy Crush di kantor. Captionnya pedas, "Ini kerjaan wartawan pemalas perusak nama baik pejabat bersih!" Fitrah cuma bisa tertawa geli melihatnya. Tapi Bos Top? Dia mulai overthinking. Citra redaksi jadi taruhannya.
Puncaknya, drama ini naik kelas ke level sinetron kriminal. Suatu malam, mobil Fitrah yang diparkir dekat kosan tiba-tiba "ditemukan" polisi. Di bawah jok pengemudi, ada sebungkus sabu-sabu. Seketika itu juga, Fitrah berubah status dari pencari berita jadi tersangka bandar narkoba.
Gak cuma sampai situ. Muncul juga laporan suap fiktif yang mengaku diterima Fitrah dari seorang pengacara bernama Chintya. Ironis sekali. Dalam semalam, dia jadi buronan. Rekening banknya pun ikutan dibekukan dengan tuduhan pencucian uang.
Dia bergerak cepat. Ponsel utamanya dimatikan, diganti dengan hp jadul cadangan yang baterainya awet dan yang paling penting sulit dilacak. Fitrah sadar. Lawannya kali ini bukan kelas teri. Jaringannya luas, rapi, menjangkau banyak pihak.
Email rahasia itu. Itu kuncinya. Dia masih punya salinannya, tersimpan aman di cloud terenkripsi dan juga di flashdisk mini yang dia selipkan di sol sepatu. Bukti itu harus dijaga mati-matian.
Sementara itu, di markas, Bos Top juga gak diam. Dia segera menghubungi Bu Cynthia untuk mengurus kekacauan ini: rekening yang dibekukan, tuduhan sabu di mobil, semua itu.
Artikel Terkait
Alvera, Snack Bar dari Ganggang Laut, Bawa Mahasiswa Ubaya Raih Juara Internasional
Kunci Menang di Padel: Bukan Cuma Pukulan, Tapi Kode Rahasia dengan Partner
Saat Hidup Terasa Melenceng, Ingatlah: Kesalahan Bukan Akhir Perjalanan
Hamas Siap Serahkan Senjata, Asal Pendudukan Israel di Gaza Berakhir