Deforestasi dan Duka yang Mengalir: Saat Alam Menagih Janji Kepemimpinan

- Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:25 WIB
Deforestasi dan Duka yang Mengalir: Saat Alam Menagih Janji Kepemimpinan

Tanggung Jawab Pemimpin dan Deforestasi di Hadapan Sang Pemilik

Damai Hari Lubis
Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum dan Politik)

Bayangkan seorang anak menjadi yatim. Atau seorang istri kehilangan sandaran hidupnya. Bisa juga sebaliknya, suami ditinggal istri, atau seorang ibu kehilangan ayah dan anaknya sekaligus. Duka itu meluas keluarga besar kehilangan saudara, ipar, keponakan. Para cucu berduka untuk kakek dan nenek mereka. Semua kesedihan ini bisa dirasakan, selama akal masih sehat. Rasanya seperti lara yang tak berujung.

Memimpin negara jelas bukan perkara sederhana. Ini bukan kerja satu orang di puncak piramida. Yang terjadi adalah sebuah koordinasi rumit yang melibatkan banyak pihak, mulai dari menteri, kepala departemen, hingga para kepala bidang dan seksi di tingkat paling bawah sekalipun. Semuanya saling terkait.

Pada dasarnya, negara adalah sebuah sistem. Ia menghubungkan kinerja satu sektor dengan sektor lainnya. Pemerintahan terdiri dari eksekutif dan legislatif mereka inilah yang secara jelas bertanggung jawab mengurusi rakyat. Lalu ada yudikatif. Coba pikirkan, apa jadinya bila hakim memberi hukuman ringan untuk kasus berat, atau malah menerima suap lalu membebaskan pelaku? Setiap tindakan penyelenggara negara, bagaimanapun kecilnya, punya mata rantainya sendiri. Dampaknya akan merambat ke seluruh kehidupan bangsa.

Lalu, di mana hubungannya dengan alam? Bagaimana kepemimpinan sebuah negara bisa berakibat pada banjir dan tanah longsor hebat di Sumatera, yang menyapu ratusan ribu batang pohon hingga ke laut? Pohon-pohon itu datang dari gunung, lembah, dan perbukitan. Saat mereka turun, mereka menyeret lebih dari sekadar kayu nyawa penduduk dan pekerja pun ikut menjadi korban.

Di sisi lain, alam sendiri sebenarnya juga sebuah ekosistem. Nasibnya berkelindan erat dengan nasib manusia yang terseret air atau tertimbun tanah. Nasib hewan langka dan ternak pun tak terpisahkan. Flora dan fauna saling bergantung. Semuanya terhubung: mentalitas manusia, alam kehidupan, serta yurisdiksi di dalamnya. Termasuk nyawa dan harta benda aset termahal manusia. Satu nyawa saja tak ternilai harganya, meski seluruh istana dan kekayaan koruptor di muka bumi dijual.


Halaman:

Komentar