Menurut catatan BPBD Jabar, wilayah yang terdampak meliputi Cingcin di Soreang, Bojongsoang, Kamasan dan Margahurip di Banjaran, serta Cangkuang Wetan di Dayeuhkolot. Bojongsoang jadi titik terparah bayangkan, 615 rumah terendam air.
Di Kamasan, 80 rumah ikut tergenang. Cangkuang Wetan 47 unit, dan Cingcin 6 unit. Sementara di Margahurip, satu rumah mengalami kerusakan cukup berat diterjang arus banjir.
Secara total, ratusan kepala keluarga merasakan dampaknya. Rinciannya: 615 KK di Bojongsoang, 80 KK di Kamasan, 47 KK di Cangkuang Wetan, 6 KK di Cingcin, dan 1 KK di Margahurip. Yang cukup memprihatinkan, seluruh 47 KK di Cangkuang Wetan terpaksa mengungsi. Kabar baiknya, tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Di tengah situasi darurat itu, muncul cuitan lain yang ikut mewarnai diskusi.
Awas diserang grassroot Mulyadi mereka solid kl membela Mulyadi. Bg mereka Mulyadi udh kyk nabi dan mesiah plus representasi kaum rakyat bawah yg sukses jadi pemimpin dan titisan Siliwangi. Keep strong mas fajar saya blm nonton film baru mas fajar yg berjudul lintrik 2.
Jadi, di satu sisi ada laporan bencana yang riil dan membutuhkan penanganan serius. Di sisi lain, ada hiruk-pikuk politik dan pencitraan yang tak kalah riuhnya di dunia maya. Dua narasi ini berjalan beriringan, membaur antara fakta lapangan dan opini warganet yang kadang tak terbendung.
Pertanyaannya kini: mana yang lebih mendesak untuk diurus? Air yang menggenangi rumah warga, atau badai kritik di linimasa? Mungkin, keduanya sama-sama perlu perhatian, meski dengan porsi yang sangat berbeda.
Artikel Terkait
Ejekan Jenggot Ustaz Syafiq di Medsos: Bukan Kritik, Tapi Olok-olok yang Berbahaya
Menteri Lingkungan Hidup Cabut Izin Tiga Perusahaan Pemicu Banjir Batang Toru
KITAS DPR PDIP Galang Dana Internal untuk Korban Bencana Sumbar
Boy Thohir Pacu Bantuan Logistik 10.000 Paket untuk Korban Bencana Sumatera