Tanggal 4 Desember ternyata menyimpan beberapa catatan sejarah yang cukup kelam dan juga monumental. Di Indonesia, misalnya, hari ini erat kaitannya dengan sebuah deklarasi yang mengubah lanskap politik di Aceh untuk puluhan tahun ke depan.
Semuanya berawal pada 1976. Tepatnya tanggal 4 Desember, Hasan di Tiro bersama para pengikutnya secara terang-terangan menyatakan perlawanan terhadap pemerintah Indonesia. Mereka mendirikan organisasi yang dikenal sebagai Gerakan Aceh Merdeka, atau GAM.
Inti pergerakannya jelas: memisahkan Aceh dari Republik Indonesia. Konflik bersenjata yang kemudian meletus antara pemerintah pusat dan GAM berlarut-larut. Menurut berbagai catatan, konflik itu merenggut nyawa sekitar 15.000 orang sebelum akhirnya berakhir. Hasan di Tiro sendiri memimpin gerakan ini dari jauh, tepatnya dari Swedia, di mana dia juga menjadi warga negara. Menariknya, dia sempat kembali memperoleh kewarganegaraan Indonesia pada 2 Juni 2010. Sayangnya, hanya sehari setelahnya, dia menghembuskan napas terakhir di Banda Aceh.
Nah, kalau kita mundur setahun dari peristiwa itu, tepatnya ke 4 Desember 1977, dunia penerbangan internasional juga dikejutkan oleh sebuah tragedi. Sebuah pesawat Boeing 737 milik Malaysia Airlines, penerbangan nomor 653, jatuh di daerah Tanjung Kupang, Johor. Pesawat itu sebenarnya sedang dalam perjalanan dari Penang ke Singapura dengan transit di Kuala Lumpur.
Yang bikin ngeri, pesawat itu dibajak di tengah udara. Upaya pendaratan darurat di Bandara Changi, Singapura, gagal total. Akhirnya, pesawat itu jatuh dan menewaskan semua orang di dalamnya: 93 penumpang dan 7 awak. Ini jadi salah satu kecelakaan paling mematikan dalam sejarah maskapai itu.
Artikel Terkait
Sopir Mobil Evakuasi Langsa Jadi Predator di Tengah Banjir
Zita Anjani Beraksi Bersihkan Lumpur, Publik Geram: Deja Vu Pencitraan!
Gus Yahya Buka Suara Soal Dugaan Aliran Dana Rp 100 Miliar ke PBNU
Jejak Digital PSI: Dari Nyinyir hingga Sok Bijak di Kancah Kekuasaan