✍🏻 Hardijanto Budiman
Lingkaran dalam Presiden, menurut pengamatan banyak pihak, dipenuhi oleh para penjilat kelas kakap. Mereka ini, istilahnya, carmuk cari muka. Nah, situasi ini diduga jadi salah satu penyebab mengapa bantuan untuk korban bencana tiba di lokasi dengan begitu lambat.
Bayangkan saja. Daripada fokus pada logistik dan percepatan distribusi, energi dan waktu justru terkuras untuk hal-hal yang bersifat pencitraan. Misalnya, mencetak stiker bergambar Presiden dengan ukuran super besar, lalu menempelkannya satu per satu pada karung beras. Proses seperti itu jelas butuh waktu berhari-hari.
Pertanyaannya sederhana: kenapa tidak dikirim langsung saja? Tanpa perlu repot-repot tempel stiker atau bikin banner layaknya promo tur wisata atau asuransi. Rasanya, prioritasnya jadi melenceng jauh.
Hadeuh… ampun deh. Ini mah klasik. Budaya DJ alias 'Doyan Jilat' memang masih sangat kental terasa.
Artikel Terkait
Zita Anjani Beraksi Bersihkan Lumpur, Publik Geram: Deja Vu Pencitraan!
Gus Yahya Buka Suara Soal Dugaan Aliran Dana Rp 100 Miliar ke PBNU
Jejak Digital PSI: Dari Nyinyir hingga Sok Bijak di Kancah Kekuasaan
4 Desember: Dari Deklarasi GAM hingga Tragedi Langit Tanjung Kupang