Warung Makan Nusantara di Kepanjen, Banguntapan, Bantul, sepintas tak ada bedanya dengan warung nasi lainnya. Ukurannya biasa saja, sekitar 4 kali 8 meter. Meja dan kursi sederhana berjejer di dalamnya.
Tapi jangan salah. Luasnya hati pemiliknya jauh melebihi luas warungnya. Sejak beberapa hari lalu, mereka membuka pintu lebar-lebar untuk mahasiswa perantauan asal Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Gratis. Ini untuk mereka yang keluarganya sedang berjuang menghadapi banjir dan longsor di kampung halaman.
Rabu (3/12) lalu, suasana warung tampak seperti biasa. Yang menarik, di dinding terpampang jelas sebuah pengumuman.
"Kami tahu hati kalian pasti resah memikirkan kondisi di kampung halaman, saat sedang jauh di Yogyakarta. Jika saat ini keluarga di Aceh, Sumut, Sumbar dan atau sekitarnya kesulitan mengirim uang karena situasi belum membaik, jangan khawatir dan jangan sampai menahan lapar, Warung Makan Nusantara mengajak kalian untuk makan gratis!"
Begitu bunyi tulisan di kertas itu.
Muhammad Muslih Kholidin, sang pemilik yang berusia 37 tahun, menjelaskan alasannya dengan sederhana.
"Alasannya simpel, kami pengin berkontribusi untuk negeri ini. Dan sedikit yang baru bisa kami lakukan ya ini. Itu alasan simpelnya. Kita melihat ada bencana ini kan saya prihatin dengan kondisi bencana ini," ujar Muslih.
Baginya, ini soal menjaga semangat belajar mereka. Kekhawatirannya jelas: jika urusan perut tak terpenuhi, bagaimana bisa fokus kuliah?
"Di selebaran itu jangan tahan lapar. Biar aktivitas berjalan lancar semoga sedikit yang bisa kami lakukan bisa membantu mereka tetap fokus dalam amanah yang diberikan orang tuanya," tambahnya.
Program ini baru dimulai Senin (1/12). Hari pertama, hanya satu mahasiswa yang datang. "Sore ada satu. Yang pertama datang ini dibungkus (makanannya)," kenang Muslih.
Artikel Terkait
Tito Karnavian: Daerah Diminta Gotong Royong Salurkan Hibah untuk Penanganan Bencana
Prabowo Diharapkan Buka Puncak Hari Antikorupsi Sedunia di Jogja
Starlink Satukan Kembali Desa Terisolasi Pasca Banjir Aceh
Dari Penolakan ke Barista: Kisah Akbar dan Kopi Tutur Rasa yang Pecah Batas