Khatib Al-Aqsha Diadili, Suara Pembela Masjid Suci Dikriminalisasi

- Senin, 24 November 2025 | 13:00 WIB
Khatib Al-Aqsha Diadili, Suara Pembela Masjid Suci Dikriminalisasi

Yerusalem (SI Online) – Ketegangan di kota suci ini tak kunjung reda. Kali ini, sorotan tertuju pada persidangan Syekh Ikrima Shabri, khatib Masjid Al-Aqsha yang tak perlu lagi dipertanyakan komitmennya. Sudah puluhan tahun ia membela tempat suci itu. Dan apa yang terjadi di ruang pengadilan hari ini memperlihatkan satu hal dengan gamblang: hukum di tangan otoritas pendudukan Israel seringkali berubah jadi alat intimidasi.

Sebelum persidangan dimulai, Syekh Shabri sempat melontarkan kalimat pendek tapi menusuk. "Nasibmu akan seperti Ahmed Yassin," ujarnya. Kalimat itu bukan sekadar ucapan. Ia adalah cermin dari tekanan masif yang ia tanggung sehari-hari. Seolah-olah ada upaya terstruktur untuk membungkam suara yang selama ini tak gentar membela Al-Aqsha dari gerakan Yahudisasi dan kebijakan ekstrem yang didorong oleh Ben-Gvir beserta kelompok pemukimnya.

"Ini Upaya Membungkam Para Pembela Al-Aqsha"

Dengan nada tegas, Syekh Shabri menyatakan bahwa Israel sengaja mengaburkan batas antara ajaran agama dan politik. Menurutnya, ini cara mereka membenarkan penindasan.

“Ungkapan yang kami gunakan adalah bagian dari kewajiban agama kami, dan otoritas Israel tidak berhak menafsirkannya sesuai kepentingan politik mereka,” tegasnya.

Seluruh ancaman dan hasutan yang dialamatkan padanya, ia nilai tak punya dasar ilmiah maupun hukum. Bagi sang syekh, ini cuma satu dari sekian banyak taktik pendudukan untuk melemahkan siapapun yang masih berani membela Masjid Al-Aqsha terutama para tokoh agama yang vokal.

Rincian Persidangan: Tuduhan yang Dipaksakan

Persidangan berlangsung di tengah situasi Yerusalem yang kian memanas. Jaksa penuntut Israel mendakwa Syekh Shabri melakukan "hasutan terorisme". Dasar tuduhannya? Dua pidato belasungkawa yang ia sampaikan di kamp pengungsi Shuafat dan Jenin pada 2022.

Tak cuma itu, ia juga dijerat dakwaan lain terkait khotbah perpisahan atas wafatnya Ismail Haniyeh mantan Kepala Biro Politik Hamas. Israel menafsirkan khotbah itu sebagai dorongan untuk melakukan kekerasan.

Bagi banyak warga Yerusalem, tuduhan semacam ini terasa dipaksakan. Tujuannya jelas: membatasi peran ulama di saat agresi Israel di Al-Aqsha kian menjadi.

Dewan Ulama Yerusalem: "Ini Serangan terhadap Otoritas Keagamaan"

Reaksi keras datang dari Dewan Ulama dan Pendakwah di Yerusalem. Mereka menyebut persidangan ini sebagai "serangan serius terhadap otoritas keagamaan".

Menurut Dewan, targetnya bukan cuma Syekh Shabri sebagai pribadi. Ini upaya sistematis untuk melemahkan seluruh ulama Palestina. Mereka menilai persidangan ini sebagai preseden ilegal yang mengancam kemampuan para ulama dalam mempertahankan hak-hak keagamaan dan identitas Al-Aqsha.


Halaman:

Komentar