ADU CEPAT PENYEDIAAN ETANOL UNTUK BBM E10
Oleh: Girarda
Pemerhati Sosial
Target pemerintah untuk menyediakan bahan bakar dengan kandungan etanol 10% di tahun 2027 tinggal dua tahun lagi. Padahal, saat ini kandungan etanol di BBM kita baru sekitar 3%. Beberapa waktu lalu, ramai keluhan dari pengguna BBM Pertamina yang mesinnya brebet, bahkan sampai mogok. Memang, belum bisa dipastikan apakah ini karena etanol 3% atau faktor lain. Tapi, yang jelas, ini harus jadi bahan introspeksi. Pencampuran etanol ke dalam BBM harus benar-benar punya jaminan mutu agar tidak merusak mesin, apalagi nanti kadarnya naik jadi 10%.
Nah, siapa sih yang bakal jadi pemain utama penyuplai etanol untuk program besar ini? Kabarnya, Toyota berencana investasi di Lampung untuk produksi etanol. Di sisi lain, dari Jonggol muncul produk bernama Bobibos yang diklaim sebagai bahan bakar nabati murni tanpa campuran minyak, setara RON 98. Tapi, soal keamanan dan kehandalannya untuk mesin, tentu butuh uji mutu dan waktu pemakaian jangka panjang. Belum lagi klaim harganya yang cuma Rp 4.000 per liter jauh di bawah harga pasar etanol yang sekarang sekitar Rp 20.000. Rasanya mustahil, mengingat proses produksinya butuh peralatan, bahan baku, tenaga, dan tentu saja margin keuntungan. Kalau pun Bobibos lolos uji teknis dan dapat izin edar, apakah mereka siap melayani permintaan massal? Jangan-jangan, yang ada sekarang cuma produksi skala lab. Khawatirnya, nanti program E10 sudah jalan, tapi pasokan etanol lokal belum siap. Bisa-bisa Bobibos layu sebelum berkembang.
Konsumsi BBM nasional tahun 2024 mencapai 105 miliar liter. Kalau program E10 benar-benar diterapkan, kebutuhan etanol bakal melonjak jadi 10,5 miliar liter per tahun. Dengan harga pasar sekitar Rp 20.000 per liter, nilai perputaran uangnya mencapai Rp 210 triliun. Angka yang fantastis. Di sinilah peluang besar bagi rakyat untuk ikut serta, misalnya lewat koperasi-koperasi yang baru dibentuk. Tentu saja, perlu ada bimbingan teknis agar produk etanol rakyat memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Partisipasi rakyat dalam penyediaan etanol bisa berdampak signifikan pada peningkatan taraf hidup.
Waktunya memang mepet. Hanya dua tahun untuk menyiapkan pasokan 10,5 miliar liter etanol per tahun. Pilihannya: Toyota dengan pabrik di Lampung, Bobibos yang masih dalam tahap percobaan, atau partisipasi rakyat lewat koperasi. Atau… jangan-jangan, karena terburu-buru dan volume tak tercukupi, jalan pintasnya ya impor. Semoga pemerintah bijak memutuskan. Jangan sampai program BBM E10 yang seharusnya mendongkrak perekonomian rakyat malah berakhir dengan ketergantungan pada pihak luar.
Artikel Terkait
Jerat Babi di Agam Malah Menjerat Harimau Sumatera
Kapolresta Manado Ingatkan Anak Buah: Jangan Tunggu Viral Dulu Baru Bergerak
Bupati Mempawah Sambangi Indah Nur Safarin Usai Sabet Perunggu di Ajang Internasional
Gelembung Sabun dan Tawa: Potret Bahagia di Sela Hiruk-Pikuk Ibu Kota