Gubernur Papua Minta Maaf, Ibu Hamil Tewas Usai Ditolak Empat Rumah Sakit

- Sabtu, 22 November 2025 | 16:40 WIB
Gubernur Papua Minta Maaf, Ibu Hamil Tewas Usai Ditolak Empat Rumah Sakit

Dengan suara berat dan raut wajah yang penuh penyesalan, Gubernur Papua Matius Derek Fakhiri menyampaikan permohonan maaf yang mendalam. Permintaan maaf itu ditujukan kepada keluarga Irene Sokoy, ibu hamil yang meninggal bersama bayinya setelah ditolak empat rumah sakit di Jayapura.

Fakhiri tak menampik bahwa tragedi ini adalah bukti nyata dari carut-marut layanan kesehatan di tanah Papua. Ia pun berjanji akan melakukan evaluasi total.

"Saya mohon maaf atas kebodohan jajaran pemerintah dari atas sampai bawah," ucap Fakhiri dengan tegas. "Ini contoh kebobrokan pelayanan kesehatan di Papua."

Pernyataan itu disampaikannya usai mendatangi rumah duka keluarga Irene di Kampung Hobong, Distrik Sentani, pada Sabtu (22/11/2025).

Sebagai gubernur yang baru dilantik pada 8 Oktober 2025 lalu, Fakhiri mengakui banyak fasilitas kesehatan di Papua tidak dikelola dengan baik. Peralatan medis yang rusak menjadi salah satu persoalan serius. Karena itu, evaluasi menyeluruh akan segera dilakukan, termasuk mengganti para direktur rumah sakit di bawah pemerintah provinsi.

"Saya mengaku banyak peralatan medis rusak karena tidak dikelola dengan baik," katanya.

Tak hanya berhenti di situ, Fakhiri juga telah meminta bantuan langsung kepada Menteri Kesehatan untuk memperbaiki kondisi rumah sakit di Papua. "Saya pastikan akan membenahi semua ini," tegas mantan Kapolda Papua yang menjadi mualaf pada Maret 2024 itu.

Ia berkomitmen menyatukan seluruh direktur rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, untuk mengutamakan keselamatan pasien. "Layani dulu pasien, baru urus yang lain. Tidak ada alasan," tegasnya.

Di sisi lain, perjalanan tragis Irene Sokoy berawal pada Minggu siang (16/11) ketika ia mulai merasakan kontraksi. Keluarga pun membawanya menggunakan speedboat menuju RSUD Yowari.

Sayangnya, kondisi Irene yang kian memburuk tak kunjung ditangani. Dokter jaga tak ada di tempat, sementara proses pembuatan surat rujukan berjalan sangat lambat.

"Pelayanan sangat lama. Hampir jam 12 malam surat belum dibuat," kata Abraham Kabey, Kepala Kampung Hobong yang juga mertua almarhumah.

Keluarga kemudian membawa Irene ke RS Dian Harapan dan RSUD Abepura, namun lagi-lagi tak mendapat layanan. Perjalanan pun berlanjut ke RS Bhayangkara, tempat mereka justru diminta membayar uang muka Rp 4 juta karena kamar BPJS penuh.

"Bukan pertolongan yang diberikan, tapi kami diminta bayar uang muka," ungkap Abraham dengan nada kecewa.

Irene akhirnya menghembuskan napas terakhir pada Senin (17/11/2025) pukul 05.00 WIT, setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan.

Menanggapi insiden ini, pihak rumah sakit pun memberikan klarifikasi. Direktur RSUD Yowari, Maryen Braweri, menjelaskan bahwa pasien datang pada Minggu sore dengan rencana melahirkan normal.


Halaman:

Komentar