Kesenjangan Sistemik: Madrasah Terpinggirkan dalam Pembangunan Pendidikan Nasional
Menteri Agama Ungkap Ketimpangan Struktural antara Sekolah Umum dan Madrasah
JAKARTA - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap kondisi madrasah yang masih termarginalkan dalam sistem pendidikan nasional. Dalam rapat kerja dengan Badan Legislasi DPR RI, Rabu (19/11), Nasaruddin membeberkan data yang menunjukkan kesenjangan signifikan antara sekolah umum dan madrasah.
"Dari 1.151.356 guru di bawah Kementerian Agama, 95% berstatus swasta. Hanya 5% yang berstatus PNS. Sebaliknya, di sekolah umum, 95% guru berstatus negeri dan hanya 5% yang swasta," papar Nasaruddin dalam rapat evaluasi Undang-Undang Guru dan Dosen.
Kesenjangan Kesejahteraan yang Mencolok
Nasaruddin menegaskan bahwa ketimpangan status guru berimbas langsung pada perbedaan kesejahteraan yang sangat tajam. "Bayangkan, di seberang jalan ada sekolah dengan guru bergaji Rp 4,5 juta, sementara di madrasah ada yang hanya menerima Rp 50-300 ribu per bulan," ujarnya dengan nada prihatin.
Infrastruktur dan Digitalisasi yang Tertinggal
Masalah tidak berhenti pada kesejahteraan guru. Fasilitas pendidikan di madrasah juga sangat memprihatinkan. "Banyak madrasah yang masih numpang di emper masjid, tanpa perpustakaan memadai, dan laboratorium yang tidak memenuhi standar," jelas Nasaruddin.
Ketertinggalan semakin terasa dalam era digitalisasi. "Anggaran digitalisasi untuk Dikbud mencapai Rp 10 triliun, sementara untuk madrasah hanya Rp 81 miliar. Kita hanya jadi penonton," tambahnya.
Artikel Terkait
Afrika Selatan Pacu Keuangan Syariah Jadi Agenda Strategis G20
Pemuda 19 Tahun Cabuli Dua Anak di Bawah Umur, Modus Susu Mekkah dan Boneka
Gubernur DKI Pramono Anung Tegaskan Perang terhadap Perundungan di Sekolah
Tanah Longsor Cilacap Tewaskan 20 Jiwa, Tiga Warga Masih Dicari