Tawakal Adalah: Pengertian, Kisah Nabi, dan Cara Menerapkannya dengan Benar

- Sabtu, 15 November 2025 | 13:50 WIB
Tawakal Adalah: Pengertian, Kisah Nabi, dan Cara Menerapkannya dengan Benar

Tawakal yang hakiki terwujud ketika seseorang menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah tanpa disertai keraguan dan ketakutan, setelah ia berusaha dengan sungguh-sungguh. Seringkali, kita menghadapi momen di mana segala upaya telah dilakukan, namun hasil tetap tidak sesuai. Di titik inilah, banyak hati yang menjadi lemah dan putus asa.

Padahal, justru di saat-saat seperti itulah Allah sedang membimbing hamba-Nya untuk memahami arti ketergantungan yang sejati. Selama hati kita masih terpaut pada "hasil" dan jiwa kita masih berusaha mengendalikan segalanya, maka tawakal belum sepenuhnya hidup di dalam dada.

Perbedaan Tawakal dan Menyerah

Perlu ditekankan bahwa tawakal sama sekali bukan berarti menyerah atau berdiam diri tanpa perjuangan. Tawakal adalah berjuang sepenuh hati tanpa menggantungkan kebahagiaan pada hasil akhir. Banyak orang yang tertipu, mengira bahwa hasil yang baik adalah bukti cinta Allah, padahal cinta-Nya justru seringkali hadir dalam bentuk ujian dan penundaan. Ujian inilah yang membedakan antara orang yang beriman di saat mudah dengan orang yang tetap teguh imannya meski di tengah jalan yang terlihat buntu.

Keutamaan dan Kekuatan Tawakal dalam Kehidupan

Orang yang memaksakan fokus hanya pada "hasil" akan hidup dalam kegelisahan, mudah kecewa, dan bahkan curiga terhadap ketetapan Tuhan. Sebaliknya, orang yang belajar tawakal akan menundukkan kepala dengan ikhlas menerima takdir, sambil terus berusaha.

Rasulullah SAW bersabda: “Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberimu rezeki sebagaimana yang diberikan-Nya kepada burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.”

Hadis ini menggambarkan betapa Allah menjamin rezeki bagi hamba-Nya yang bertawakal dengan benar. Seperti burung yang tidak hanya diam di sarang, tetapi pergi mencari makan, lalu pulang dengan perut kenyang atas izin Allah.

Semoga kita semua diberi kemampuan oleh Allah untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang mutawakkil (orang yang bertawakal) dan mukhlis (orang yang ikhlas).


Halaman:

Komentar