Pertama, teknologi yang digunakan sangat berbeda. Kereta cepat Maglev (Magnetic Levitation) menggunakan teknologi mutakhir yang memungkinkan kereta "terbang" melayang di atas rel, sementara kereta cepat Jakarta-Bandung menggunakan teknologi konvensional yang bergerak di atas roda. Perbedaan teknologi ini membuat kedua proyek tidak dapat dibandingkan secara langsung.
Kedua, kecepatan operasional Maglev Chuo Shinkansen Tokyo-Nagoya mampu mencapai 500 km per jam bahkan lebih. Bahkan teknologi Maglev secara umum dapat mencapai kecepatan hingga 600 km per jam, jauh melampaui kemampuan kereta cepat konvensional.
Ketiga, kompleksitas medan konstruksi Chuo Shinkansen jauh lebih menantang. Sekitar 90 persen rutenya terdiri dari terowongan dengan kedalaman mencapai 40 meter di bawah permukaan tanah, menambah tingkat kesulitan konstruksi yang signifikan.
Pertanyaan Kritis Terhadap Tulisan 'Debat Kusir WHOOSH'
Dengan uraian perbandingan di atas, muncul pertanyaan mendasar: Apakah penulis atas nama Laksamana Sukardi tersebut benar-benar memahami bahwa tulisannya mengandung misleading dengan tidak membandingkan apple-to-apple antara KCJB dengan Chuo Shinkansen?
Ataukah terdapat maksud tertentu di balik tulisan tersebut, terutama dalam kaitannya dengan upaya mendiskreditkan para pengamat KCJB yang vokal menyuarakan dugaan korupsi dan markup dalam pengadaan proyek kereta cepat ini?
Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk dijawab guna memberikan kejelasan kepada publik mengenai objektivitas analisis yang dilakukan terhadap proyek strategis nasional ini.
Artikel Terkait
Hukuman Ringan Pembunuhan Diduga Jadi Pemicu Maraknya Kasus Pembunuhan
Harmonisasi Raperda Sintang: Penyertaan Modal ke Bank Kalbar 2026-2027 untuk Dongkrak Ekonomi Daerah
Anggota DPRK Simeulue AS Tertangkap Pakai Ekstasi Saat Razia Klub Helen Medan
Putusan MK: Polri Aktif Wajib Pensiun untuk Jabatan Sipil, Ini Dampaknya