Di bagian berikutnya, nuansanya lebih lembut, penuh kerinduan. "Send me kisses when it's grey skies, Its been so long, look how time flies." Kalimat ini terasa begitu personal, seperti bisikan di telinga. Pertanyaannya, "If you love me, won't you let me know?" menyiratkan keraguan yang manusiawi.
Lalu suasana berubah drastis. Beat mungkin masih sama, tapi kata-katanya jadi lebih keras, penuh konfrontasi.
Bagian ini seperti ledakan emosi yang tertahan. Sebuah deklarasi kesetiaan yang sekaligus menuntut pengakuan atas perjuangannya sendiri.
Puncak dari semua pergolakan itu mungkin ada pada bagian yang ditujukan pada sang ibu. "Hey mama, It's your second son..." Pengakuan bahwa dirinya telah berubah, merasa malu, dan kehilangan keyakinan. Suara di sini terdengar sangat rapuh, jauh dari kesan percaya diri di awal lagu.
Penutupnya? Sangat filosofis dan gelap. Pengulangan frasa "Isn't it nice? Human sacrifice" terasa menusuk. Ia bicara tentang konsekuensi yang mahal, tentang mengambil jalan mudah, dan perasaan tidak layak atas hidupnya sendiri. "They say I'm a martyr, Charge that to my ego," gumamnya. Akhir yang menggantung, meninggalkan kesan mendalam.
Secara keseluruhan, "Freudian" bukan lagu cinta biasa. Ia adalah potret hubungan yang kompleks dengan kekasih, dengan keluarga, dan terutama dengan diri sendiri. Daniel Caesar berhasil merangkai kerapuhan, penyesalan, dan terima kasih menjadi sebuah narasi musik yang sulit dilupakan. Sebuah debut yang memang layak dikenang.
Artikel Terkait
Wardatina Mawa Buka Suara: Restu Keluarga Fahmi untuk Poligami Ditolak Mentah-mentah
Habib Jafar Ungkap Perubahan Onadio di Rehab: Dia Sekarang Benar-Benar Kenal Dirinya
Percakapan Hati Onadio Leonardo dan Habib Jafar di Balik Pintu Rehabilitasi
Raisa Tampil Memukau di Atas Panggung, Seminggu Usai Kehilangan Ibunda