Banjir Bandang di Sumatera: Antara Penantian dan Kenangan akan Doni Monardo
Sudah berhari-hari berlalu, tapi banjir bandang yang menerjang sejumlah wilayah di Sumatera sejak akhir November lalu masih menyisakan duka. Yang lebih menyakitkan, perhatian dari pemerintah terasa sangat minim. Warga yang rumahnya terendam, harta bendanya hanyut, seolah harus berjuang sendirian.
Kondisinya sampai sedemikian parah. Bantuan yang dinanti-nanti tak kunjung datang, memaksa beberapa warga mengambil jalan pintas yang sulit disalahkan sepenuhnya: mereka terpaksa menjarah toko dan supermarket demi sesuap nasi dan kebutuhan pokok lainnya. Sebuah gambaran pilu di tengah musibah yang seharusnya ditangani dengan lebih serius.
Di tengah situasi kacau balau ini, nama Doni Monardo kembali mencuat di percakapan publik. Sosok mantan Kepala BNPB itu dikenang sebagai figur yang tangguh, cepat tanggap, dan punya sentuhan humanis saat memimpin penanganan berbagai krisis nasional. Kontras sekali dengan apa yang terjadi sekarang.
Ingatan kita pun terbawa ke masa pandemi. Doni saat itu dipercaya membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Model kolaborasinya dianggap jitu, menyatukan banyak pihak mulai dari pemerintah, ahli, media, sampai dunia usaha dan masyarakat biasa. Kerja kerasnya tak sia-sia.
Artikel Terkait
Suara Ledakan Mencekam di Mall Solo, Seorang Wanita Tewas Jatuh dari Lantai Empat
Ammar Zoni Tak Diizinkan Hadir Fisik di Sidang, Ditjenpas Sebut Status High Risk
El Rumi dan Syifa Hadju: Doakan Lancar, Tak Banyak Huru-Hara
Dono Kasino Indro, dari Operator Alat Berat ke Kursi Dewan Lombok Tengah