Tapi, kenapa sih pembentukan konsep diri ini dianggap begitu penting?
Jawabannya sederhana: manusia adalah makhluk sosial yang punya sejumlah kebutuhan mendasar. Konsep piramida Maslow bisa membantu kita memahaminya. Piramida ini terdiri dari lima tingkatan kebutuhan yang saling berkait, dari yang paling dasar hingga yang lebih tinggi.
Dalam konteks pembentukan konsep diri, piramida Maslow menjelaskan bahwa setiap tahap harus terpenuhi secara berurutan. Kebutuhan fisiologis, rasa aman, dan sosial harus terpenuhi dulu sebelum seseorang bisa naik ke tingkat berikutnya, yaitu kebutuhan akan penghargaan. Nah, di tahap penghargaan inilah seseorang membutuhkan motivasi, dorongan, dan pengakuan atas setiap pencapaian yang ia raih.
Sayangnya, di sinilah sering terjadi masalah. Banyak orang tua, dan dalam hal ini khususnya figur ayah, kurang memberikan aspek penghargaan tersebut kepada anak. Akibatnya, anak bisa merasa dilema dan bingung tentang jati dirinya sendiri. Dampaknya? Mereka jadi mudah iri, suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan menjadi lebih emosional saat melihat konsep figur ayah yang ideal di keluarga lain.
Perasaan emosional itu kemudian menetap. Rasa tidak percaya diri bisa terus menggerogoti, bahkan memengaruhi identitas anak dalam hal gender misalnya, karena kurangnya sosok panutan yang maskulin atau feminin di dekat mereka. Situasinya jadi rumit, dan dampak jangka panjangnya tidak bisa dianggap sepele.
Artikel Terkait
Soul Tie: Mengapa Kenangan Lama Masih Menghantui Meski Sudah Move On?
Rekomendasi Film untuk Temani Malam Tahun Baru di Rumah
Mengurai Patriarki: Dari Pola Asuh hingga Ketimpangan yang Diwariskan
Forbes Umumkan 100 Perempuan Paling Berpengaruh, Taylor Swift hingga PM Jepang Tercatat