Asumsi harga emas rata-rata juga dinaikkan menjadi USD 3.400 per troy ons untuk tahun 2025 (dari USD 3.200) dan USD 3.800 untuk 2026 (dari USD 3.400). Proyeksi produksi emas Archi turut disesuaikan menjadi 120.000 ons pada 2025 dan 131.000 ons pada 2026, didukung kontribusi tambang Araren.
Untuk BRMS, target harga dinaikkan menjadi Rp 1.080 dari sebelumnya Rp 610, mencerminkan optimisme terhadap pertumbuhan jangka panjang. Perusahaan sedang melakukan ekspansi kapasitas pabrik CIL pertama dari 500 ton per hari menjadi 2.000 ton per hari. Proyek tambang bawah tanah Poboya di Sulawesi Tengah juga berjalan sesuai rencana dan ditargetkan mulai berproduksi pertengahan 2027.
Faktor Pendukung Reli Harga Emas
Penguatan harga emas dunia yang terjadi selama empat hari berturut-turut didorong oleh melemahnya nilai dolar AS dan ekspektasi pembukaan kembali pemerintahan Amerika Serikat. Emas spot (XAU/USD) tercatat menguat 0,2% menjadi USD 4.133,99 per troy ons, mencapai level tertinggi sejak akhir Oktober.
Pelemahan dolar AS memberikan dampak positif bagi logam mulia, sementara pasar juga memantau kemungkinan penurunan suku bunga The Fed bulan depan. Probabilitas pemotongan suku bunga 25 basis points diperkirakan mencapai 68%, meningkat dari 64% pada sesi sebelumnya.
Faktor lain yang mendukung adalah peningkatan kepemilikan di SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar dunia, yang naik 0,41% menjadi 1.046,36 metrik ton. Lingkungan suku bunga rendah dan ketidakpastian ekonomi tetap menjadi pendorong utama kinerja emas ke depan.
Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. Lakukan analisis mendalam dan pertimbangkan profil risiko sebelum mengambil keputusan investasi.
Artikel Terkait
WIKA Rugi Triliunan Akibat Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung: Ini Penjelasan dan Klaimnya
Rahasia Produktivitas Sido Muncul: Fokus pada Kebahagiaan Karyawan
Capex Rp 8,02 Triliun & Laba Bersih BRPT Melonjak 2.882% di 2025
IHSG Naik ke 8.388: Sektor Infrastruktur & Transportasi Jadi Penggerak Utama