Harga Nikel Global 2025 Turun, Industri Nikel Indonesia Justru Tumbuh Berkat Hilirisasi

- Kamis, 06 November 2025 | 20:40 WIB
Harga Nikel Global 2025 Turun, Industri Nikel Indonesia Justru Tumbuh Berkat Hilirisasi

Kinerja Keuangan ANTAM dan Proyeksi Masa Depan

Kinerja positif ANTAM sangat terlihat dari laporan keuangannya. Pada kuartal III-2025, perusahaan mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 72,03 triliun, tumbuh 67 persen secara tahunan. Laba bersihnya melonjak hampir tiga kali lipat menjadi Rp 6,61 triliun.

Pertumbuhan ini juga disokong oleh kontribusi dari entitas asosiasi seperti PT Halmahera Persada Lygend (HPL) yang fokus pada hilirisasi nikel sulfat untuk bahan baku baterai kendaraan listrik. Proyek Smelter Feronikel Halmahera Timur (P3FH) yang ditargetkan selesai pada 2026 akan menambah kapasitas produksi sebesar 13.500 ton nikel per tahun.

Strategi Hilirisasi PT Vale Indonesia (INCO)

PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) membukukan pendapatan yang stabil sebesar US$705,4 juta hingga September 2025. Laba bersihnya naik menjadi USD 52,45 juta, dengan produksi nikel matte mencapai 51.235 ton.

PTVI kini memperkuat langkah hilirisasi melalui tiga proyek strategis utama dalam kerangka Indonesia Growth Project (IGP):

  • IGP Pomalaa: Berkolaborasi dengan Huayou dan Ford Motor Company untuk memproduksi 120 ribu ton nikel per tahun dalam bentuk MHP untuk baterai EV.
  • IGP Bahodopi: Fokus pada produksi nickel pig iron (NPI) sekitar 73 ribu ton per tahun untuk industri baja tahan karat.
  • IGP Sorowako: Mengembangkan fasilitas pengolahan dengan teknologi HPAL untuk meningkatkan efisiensi produksi nikel matte.

Ketiga proyek ini ditargetkan beroperasi komersial pada periode 2026–2028.

Peran Strategis MIND ID dalam Pasar Nikel

Dengan rantai bisnis terpadu dari hulu ke hilir, MIND ID memainkan peran strategis dalam mendukung kebijakan hilirisasi nasional dan transisi energi.

"MIND ID punya peran strategis sebagai agregator yang menyeimbangkan rantai pasok dan permintaan untuk menjaga siklus pasar. Holding tambang ini harus mampu mengantisipasi dua penyakit mekanisme pasar, baik oversupply maupun less demand, misalnya lewat kebijakan kuota produksi dan diversifikasi produk smelter," pungkas Kholid.


Halaman:

Komentar