Menurutnya, narasi tentang "puncak permintaan minyak" (peak oil demand) yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir adalah keliru. "Permintaan minyak dunia belum akan mencapai puncaknya. Dalam dekade-dekade ke depan, kita tetap membutuhkan lebih banyak minyak, terutama untuk sektor transportasi," tutur McNally.
Peluang Ekspor Minyak bagi Negara Asia Tenggara
McNally menilai kawasan Asia Tenggara memiliki peluang besar di tengah dinamika pasar minyak global. "Negara-negara yang bisa mengekspor minyak mentah atau produk olahan akan melihat lebih banyak peluang. Permintaan untuk solar dan bensin masih tinggi, populasi dan pendapatan terus meningkat," ujarnya.
Selain itu, sanksi terhadap Rusia dan Iran membuka celah baru di pasar internasional. "Sanksi mengubah pola perdagangan dan meningkatkan biaya bagi beberapa pesaing. Ini bisa menjadi kesempatan bagi eksportir Asia Tenggara untuk mengisi kekosongan di pasar," tambahnya.
Saran Strategi Energi untuk Indonesia
McNally menyampaikan pandangannya mengenai strategi energi bagi Indonesia. "Kunci keamanan energi adalah diversifikasi sumber impor dan menjaga cadangan yang memadai — baik komersial maupun strategis," ujarnya.
Meski mendukung transisi energi bersih, McNally menilai kendaraan listrik dan biofuel belum akan menggantikan minyak dalam waktu dekat. "Untuk saat ini, sektor transportasi masih akan menjadi cerita tentang minyak — solar dan bensin. Jadi langkah realistis bagi Indonesia adalah memperbanyak sumber pasokan dan memperkuat stok energi," tegasnya.
Dengan memahami dinamika pasar minyak global dan kebijakan OPEC Plus, Indonesia dapat menyusun strategi energi yang lebih matang dan berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Artikel Terkait
Daftar Lengkap Penerima Top Human Capital Awards 2025 & Tema Strategis HCMS
BRI Manajemen Investasi Tembus Rp60 Triliun & Luncurkan KIK EBA Syariah Pertama
HAJJ (Arsy Buana Travelindo) Tak Terdampak Umrah Mandiri, Laba Bersih Melonjak 113%
ACC Danaku Raih Penghargaan Brand Transformation of The Year di MECA 2025