Gig Economy di Indonesia: Peluang Penghasilan dan Tantangan Kerentanan
Gig economy telah menjadi sumber penghasilan alternatif yang signifikan bagi banyak masyarakat Indonesia. Fenomena pekerjaan berbasis proyek atau pesanan, seperti driver ojek online, kurir, dan freelancer digital, kini memainkan peran penting dalam mendukung daya beli dan perekonomian.
Peran Penting Gig Economy dalam Perekonomian
Menurut Tauhid Ahmad, Ekonom Senior INDEF, gig economy yang termasuk dalam sektor informal memiliki pengaruh besar. Sektor ini menjadi jembatan penting ketika lapangan kerja formal terbatas. Data BPS menunjukkan bahwa kontribusi sektor informal masih dominan, mencapai 56-57%, sementara sektor formal hanya sekitar 40%.
Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,12% (y-o-y) pada kuartal II 2025, yang antara lain ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,97%.
Kerentanan Pekerja Gig Economy: Hasil Survei
Meski menjadi alternatif, gig economy memiliki beberapa kerentanan yang patut diwaspadai. Survei KedaiKOPI terhadap 932 responden mengungkap sejumlah tantangan utama yang dihadapi pekerja gig:
- 80,4% melaporkan pendapatan tidak stabil
- 76,9% mengalami kesulitan menabung
- 74% merasakan penurunan daya beli
- 71% tidak memiliki jaminan pensiun
- 59,9% tidak mendapatkan perlindungan BPJS atau asuransi
Artikel Terkait
Kinerja Bank Sumsel Babel 2025: Aset Tembus Rp 39,8 Triliun, Laba Bersih Rp 521 Miliar
The Ning King Meninggal: Pendiri Argo Manunggal & Pemilik Alam Sutera Wafat
Kolaborasi Pertamina Patra Niaga & BP-AKR Jamin Pasokan BBM 100 Ribu Barel
Investasi Energi Terbarukan Indonesia Tertinggal Jauh, Ini Data dan Faktanya