UNVR Melonjak 31% dalam Sepekan, Ini Sinyal Rahasia yang Dikejar Investor!

- Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:35 WIB
UNVR Melonjak 31% dalam Sepekan, Ini Sinyal Rahasia yang Dikejar Investor!

Flow Investor Beralih ke Saham Defensif: UNVR Melonjak 31% dalam Sepekan

Pasar saham Indonesia menunjukkan pergerakan signifikan dengan investor yang mulai mengalihkan dananya ke sektor saham defensif. Sektor barang konsumsi dan ritel menjadi incaran utama, ditandai dengan kinerja impresif saham-saham unggulan seperti Unilever Indonesia (UNVR), Erajaya Swasembada (ERAA), dan HM Sampoerna (HMSP).

Kinerja Cemerlang Saham Defensif: UNVR, ERAA, dan HMSP

Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menjadi sorotan dengan lonjakan harga mencapai 10,62% dalam satu hari perdagangan, mengantarnya ke posisi Rp2.500 per saham. Kenaikan ini melanjutkan tren penguatan yang fantastis, dengan akumulasi kenaikan sebesar 31,58% sepanjang pekan.

Penguatan ini didorong oleh kinerja keuangan perusahaan yang solid pada laporan kuartal III-2025. UNVR membukukan laba bersih sebesar Rp1,2 triliun, yang mencetak pertumbuhan luar biasa sebesar 117% secara tahunan dan 28,5% secara kuartalan. Di sisi penjualan, perseroan mencatatkan penjualan bersih senilai Rp9,4 triliun, tumbuh 12,4% year-on-year.

Tidak hanya UNVR, emiten ritel smartphone PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) juga mencatatkan kenaikan 5,42% dalam sepekan. Sementara itu, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) bahkan melesat lebih tinggi dengan kenaikan mencapai 15,56% pada periode yang sama.

Analisis Pasar: Mengapa Saham Defensif Kembali Diminati?

Pengamat pasar modal Michael Yeoh mengonfirmasi peralihan aliran dana investor ini. Menurutnya, terjadi perpindahan arus dana ke saham-saham defensif, khususnya yang berhubungan dengan sektor ritel. Beberapa emiten yang menjadi incaran investor antara lain AMRT, ERAA, HMSP, dan UNVR.

Michael menjelaskan bahwa sektor barang konsumsi dan ritel memiliki potensi menarik setelah sempat tertekan selama dua tahun terakhir. "Sektor consumer goods dan retailers ini menarik menyusul low base effect koreksi selama dua tahun karena daya beli dan inflasi yang menurun," tuturnya.


Halaman:

Komentar