Hari terakhir perdagangan di tahun 2025 ditutup dengan suasana lesu di sebagian besar bursa Asia. Rabu (31/12) itu, banyak pasar yang libur atau jam operasinya dipersingkat, membuat pergerakan indeks tampak seperti kehabisan tenaga.
Hong Kong dan Australia tutup lebih awal. Sementara itu, lantai bursa di Tokyo dan Seoul benar-benar sepi sepanjang hari. Di tengah kondisi itu, indeks S&P/ASX 200 Australia hampir tak bergerak dari posisi 8.703. Kinerja Wall Street semalam yang juga lemas ikut memberi pengaruh.
Meski sesi terakhir tahun ini datar, secara keseluruhan indeks Australia diprediksi mencatatkan kenaikan yang cukup kuat sepanjang 2025. Di kawasan lain, situasinya tak jauh berbeda. Indeks Hang Seng Hong Kong tergelincir 0,72 persen, sedangkan indeks CSI 300 China daratan cenderung stagnan.
Bagaimana dengan Wall Street? Sesi pra-libur mereka pada Selasa juga diwarnai pelemahan, dengan volume perdagangan yang tipis. Setelah satu tahun penuh gejolak dari perang tarif, penutupan pemerintahan AS terpanjang, hingga ketegangan geopolitik tutup buku dengan nada tenang mungkin justru yang diharapkan. Menariknya, meski hari terakhir melemah, ketiga indeks utama AS bersama banyak indeks global lainnya diperkirakan tetap membukukan kenaikan tahunan dua digit yang solid.
Indeks Dow Jones turun 94,87 poin (0,20%) ke 48.367,06. S&P 500 melemah 9,51 poin (0,14%) ke 6.896,23. Sedangkan Nasdaq Composite terkikis 55,27 poin (0,23%) menjadi 23.419,08.
“Pada akhirnya, laba korporasi yang kuat bisa menutupi banyak masalah,” kata Ryan Detrick, Kepala Strategi Pasar Carson Group di Omaha.
Artikel Terkait
OJK Perketat Pengawasan, Rekening Dana Syariah Indonesia Dibekukan
Konglomerasi Cetak Rekor, IHSG Melesat 22% di 2025
Geliat 15 Bendungan Baru: Dari Way Apu yang Hampir Rampung hingga Riam Kiwa yang Baru Dimulai
CUAN Rebut 20% Saham SINI, Sinyal Akuisisi Bertahap Dimulai