Batu bara masih akan jadi tulang punggung bisnis PT Ancara Logistics Indonesia (ALII) hingga tahun 2026. Hal ini diungkapkan langsung oleh Direktur perusahaan, Rahul Nalin Rathod, dalam paparan Public Expose yang digelar Kamis lalu. Alasan utamanya sederhana: permintaan dari dua klien inti mereka tetap tinggi, dan itu yang bakal mengerek kinerja perseroan ke depan.
"Permintaan dari dua pelanggan utama kami masih menjadi motor pertumbuhan di 2026," jelas Rahul.
Dia melanjutkan, "Seiring peningkatan produksi mereka, kebutuhan jasa logistik batubara juga akan meningkat."
Jadi, bukan cuma omongan kosong. Volume produksi diperkirakan bakal naik dalam beberapa waktu mendatang, sejalan dengan kebutuhan kedua klien besar itu.
Namun begitu, manajemen sebenarnya tak menutup mata. Di sisi lain, mereka juga sedang mengincar peluang lain. Diversifikasi ke komoditas non-batubara seperti bauksit, nikel, atau mineral cair masih terus digodok. Itu jadi bagian dari strategi jangka panjang mereka.
“Upaya diversifikasi masih terus diupayakan,” tutur Rahul. “Manajemen aktif melakukan penjajakan dengan berbagai pihak agar pergerakan ke arah diversifikasi dapat terealisasi lebih cepat.”
Tapi ya, jalan utamanya untuk saat ini tetap batu bara. Dan di sektor ini, volatilitas harga adalah hal yang biasa. ALII sendiri sadar betul, tarif angkutan mereka erat kaitannya dengan naik-turunnya harga komoditas hitam itu. Artinya, tekanan harga bisa langsung bikin pendapatan ciut.
Lalu bagaimana cara mengatasinya? Menurut Rahul, kuncinya ada di pengelolaan biaya. Strategi "better cost management" mereka anggap sebagai tameng utama untuk menjaga margin, biar pun kondisi pasar atau makroekonomi sedang sulit.
Artikel Terkait
Tongkang Raksasa ALII Terseok, Volume Angkut Anjlok Lebih dari 50%
Di Balik Liburan, Kereta Petani dan Pedagang Tetap Jadi Nadi Ekonomi Rakyat
Indofarma Berbenah, Kerugian Menyusut Rp39 Miliar di Tengah Ancaman Delisting
AWAN Siapkan Strategi Cloud 2026, Hadapi Kenaikan Harga Server dengan Optimisme