Ke depan, MDKA tetap fokus pada optimalisasi. Target produksi nikel dinaikkan signifikan: bijih limonit ditargetkan naik 48 persen, saprolit malah melonjak 135 persen. Produksi NPI tahun ini diperkirakan capai 70-80 ribu ton. Mereka juga berencana melanjutkan produksi HGNM di kuartal IV, tentu dengan struktur biaya yang lebih efisien.
Di luar nikel, portofolio mineral mereka juga dikembangkan. Ambil contoh proyek Tujuh Bukit Copper yang sedang dalam tahap studi kelayakan. Sumber dayanya besar sekali, sekitar 1,74 miliar ton dengan kandungan tembaga dan emas yang luar biasa.
Sementara proyek Pani Gold progresnya sudah 83 persen. Penambangan awal dijadwalkan mulai 1 Oktober 2025 mendatang.
Untuk pendanaan, MDKA cukup lincah. Mereka baru saja menghimpun dana segar USD 282 juta dari IPO PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS). Dana ini tentu untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang.
Di hilirisasi nikel, proyek HPAL lewat MBMA terus digenjot. Proyek PT SLNC progres fasilitas HPAL-nya sekitar 54 persen, target produksi MHP awal sekitar 18 ribu ton pada 2026. Sementara lewat PT ESG, produksi MHP terus ditingkatkan menuju kapasitas penuh.
Menanggapi semua ini, Phintraco Sekuritas cukup optimis. Dengan pendekatan Sum of the Parts, mereka menaikkan nilai wajar saham MDKA menjadi Rp 3.140 per saham, naik dari estimasi sebelumnya Rp 2.510.
"Dengan prospek pemulihan kinerja dan penguatan portofolio bisnis, kami merekomendasikan buy untuk MDKA dengan potensi kenaikan harga (upside) sebesar 43,38 persen," tulis Phintraco Sekuritas.
Artikel Terkait
Laba Industri China Terjun Bebas, Deflasi dan Permintaan Lemah Jadi Beban Ganda
Tongkang Raksasa ALII Terseok, Volume Angkut Anjlok Lebih dari 50%
Di Balik Liburan, Kereta Petani dan Pedagang Tetap Jadi Nadi Ekonomi Rakyat
Indofarma Berbenah, Kerugian Menyusut Rp39 Miliar di Tengah Ancaman Delisting