Analis dari SP Angel punya pandangan jangka panjang. Mereka yakin diversifikasi cadangan devisa oleh bank sentral akan terus menyokong harga.
"Kami terus melihat tema diversifikasi cadangan devisa bank sentral sebagai faktor penopang utama harga emas hingga akhir dekade ini," tulis mereka dalam risetnya.
Bahkan, mereka memprediksi harga emas bisa merangkak naik mendekati USD5.000 per troy ons tahun depan.
Geopolitik juga menyumbang ketidakpastian. Baru pekan lalu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan 'blokade' terhadap kapal tanker minyak yang terkait Venezuela. Dia bahkan menyebut perang dengan negara Amerika Latin itu bukan hal yang mustahil. Situasi seperti ini selalu membuat investor lari ke aset safe-haven seperti emas.
Tak ketinggalan, platinum ikut meroket. Harganya melonjak 6,8 persen ke USD2.268,95 per ons. Palladium, saudaranya, juga menguat 6,5 persen ke level tertinggi dalam tiga tahun. Kedua logam ini punya peran krusial di industri otomotif, terutama untuk catalytic converter yang mengurangi emisi kendaraan.
Nah, terkait industri otomotif, ada kabar menarik dari Eropa awal bulan ini. Komisi Eropa berencana membatalkan larangan efektif penjualan mobil berbahan bakar fosil pada 2035. Kabar ini, bagi analis Mitsubishi, adalah angin segar.
Mereka menilai kebijakan itu seperti suntikan steroid bagi logam kelompok platinum. "Karena memperpanjang penggunaan catalytic converter," tulis Mitsubishi. Masa depan PGM, setidaknya untuk beberapa tahun ke depan, tampaknya masih cerah.
Artikel Terkait
UMP 2026 Mulai Diumumkan, Papua Barat Tawarkan Angka Tertinggi
BRI Siapkan 159 Kantor untuk Layani Transaksi Akhir Tahun 2025
Surge dan FiberHome Luncurkan Layanan 5G FWA Pertama di Dunia, Harga Rp 100 Ribu
Emas Tembus US$4.500, Saham Tambang Berebut Naik di Pasar Modal