Harga minyak mentah kembali merangkak naik di akhir sesi perdagangan Selasa kemarin. Kekhawatiran soal pasokan dari Venezuela dan Rusia, ditambah data ekonomi AS yang ternyata lebih tangguh dari perkiraan, jadi pendorong utamanya.
Minyak Brent ditutup di angka USD 62,38 per barel, naik tipis 0,5 persen. Sementara itu, patokan AS, WTI, menguat ke level USD 58,38 per barel. Kenaikan ini melanjutkan tren positif dari hari Senin, di mana harga sempat melonjak lebih dari dua persen. Bahkan, untuk Brent, itu adalah kenaikan harian terbesar dalam dua bulan terakhir.
Lantas, apa yang terjadi? Ternyata, ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh lebih kencang. Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS merilis data awal PDB kuartal ketiga, dan angkanya di atas ekspektasi. Pertumbuhannya mencapai 4,3 persen, didorong oleh belanja konsumen yang masih kuat.
Namun begitu, situasinya tidak sepenuhnya cerah. Data lain justru menunjukkan kepercayaan konsumen AS melemah di bulan Desember. Kekhawatiran soal lapangan kerja dan pendapatan mulai muncul. Produksi pabrik pun stagnan.
Kondisi yang serba tanggung ini bikin pelaku pasar bingung. Phil Flynn, analis senior Price Futures Group, mencoba merangkum suasana.
Artikel Terkait
Emas Tembus US$4.500, Saham Tambang Berebut Naik di Pasar Modal
Rupiah Tersandera Bencana dan Tarif AS di Akhir Tahun
Tax Holiday Diperpanjang, tapi Wajib Patuhi Aturan Pajak Minimum Global
Pasar Asia Beragam, Nikkei Bangkit di Tengah Anggaran Fantastis Jepang