“Pembacaan di atas 8,0 sering kali mendahului koreksi. Saham global biasanya turun median 2,7 persen dalam dua bulan setelahnya, dengan tingkat akurasi 63 persen,” tulis BofA dalam catatannya yang dikutip Reuters.
Mereka menambahkan, survei terhadap para manajer investasi menunjukkan sentimen paling bullish dalam tiga setengah tahun terakhir. Semua itu didorong harapan akan pemangkasan suku bunga, tarif, dan pajak.
Untuk saat ini, rasa takut ketinggalan kereta atau FOMO masih lebih kuat. Kontrak berjangka S&P 500 dan Nasdaq di AS masing-masing menguat 0,2 persen dan 0,3 persen, mengisyaratkan pembukaan yang positif nanti.
Lalu, apa yang terjadi dengan yen? Mata uang Jepang terus tertekan setelah Bank of Japan (BOJ) mengambil langkah berani: menaikkan suku bunga acara ke level 0,75 persen, tertinggi dalam tiga dekade. Keputusan ini juga memicu tekanan jual pada obligasi pemerintah Jepang. Nah, semua mata kini tertuju pada risalah rapat BOJ yang dijadwalkan terbit Rabu mendatang. Gubernur bank sentralnya juga rencananya akan berbicara di hadapan pelaku usaha tepat pada Hari Natal.
Artikel Terkait
Rosan Roeslani Targetkan Groundbreaking Kampung Haji Indonesia di Makkah Akhir 2026
Superbank Cetak Laba Rp 122 Miliar, Aset Melonjak 69% Hingga November 2025
Delapan Blok Migas Dibuka, Pemerintah Genjot Daya Tarik Investor dengan Aturan Lebih Fleksibel
IHSG Sentuh 8.625, NETV Melonjak 29% di Tengah Pasar yang Beragam