Di Balik Sunyinya Dapur Pathuk, Bu Wasiati Berjuang Menjaga Rasa Bakpia 526

- Minggu, 21 Desember 2025 | 20:06 WIB
Di Balik Sunyinya Dapur Pathuk, Bu Wasiati Berjuang Menjaga Rasa Bakpia 526

Perubahan ini berjalan di luar kendalinya. Dunia digital membuka peluang, tapi tak mudah diikuti oleh pengrajin rumahan seperti dirinya. Di tengah keterbatasan itu, ia memilih bertahan dengan cara yang ia pahami: rasa Bakpia 526 harus tetap sama, produksi diperkecil, dan mengandalkan pelanggan setia yang masih sudi datang.

“Kalau rasanya dijaga, rezeki pasti ada jalannya,” bisiknya lirih, seperti sebuah doa.

Di dapur kecilnya yang sunyi, harapan itu tetap hidup.

Perubahan zaman di Pathuk terasa nyata. Mesin produksi, pemasaran daring, dan strategi bisnis skala besar perlahan menggeser pengrajin tradisional yang mengandalkan kerja tangan dan ketekunan. Tapi bagi Bu Wasiati, berhenti bukan pilihan. Selama kompor masih bisa dinyalakan dan adonan masih bisa diuleni, ia akan terus bekerja dengan caranya.

Ia tak lagi mengejar keramaian masa lalu. Tak berharap pembeli berjubel seperti dulu. Cukup jika Bakpia 526 masih dicari oleh mereka yang paham dan menghargai rasa serta proses di baliknya. Dalam ritme kerja yang lebih pelan ini, Bu Wasiati justru menemukan makna baru tentang bertahan. Bukan untuk melawan zaman, tapi untuk tetap jujur pada pekerjaan yang telah ia geluti puluhan tahun lamanya.

Pada akhirnya, kisah Bu Wasiati adalah potret sunyi banyak pelaku UMKM tradisional. Mungkin mereka tak muncul di etalase digital atau timeline media sosial. Tapi mereka menjaga sesuatu yang lebih mendasar: kerja penuh kesabaran, rasa yang tak dikompromikan, dan keyakinan teguh bahwa setiap usaha yang dijalani dengan jujur akan menemukan jalannya sendiri.


Halaman:

Komentar